Senin, 26 Maret 2012

NGATA TORO,SEBENAR-BENARNYA SIGI (sebuah narasi)

Toro. Toro adalah sebuah desa atau ngata di kecamatan kulawi kabupaten sigi, toro berjarak tempuh kurang lebih 80 km ke arah selatan dari ibu kota propinsi sulawesi tengah. perjalanan dengan menggunakan mobil biasanya akan ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam setengah sampai dua jam.
luas ngata toro setelah pemetaan pemerintah desa bersama yayasan tanah merdeka pada tahun 1999 adalah 22.950 ha, dari luas keseluruhan tersebut 18.360 ha adalah wilayah administrasi balai besar taman nasional.sementara,sisanya adalah areal tempat tinggal penduduk,persawahan,kebun dll.
jumlah kepala keluarga yang mendiami ngata toro hingga tahun 2012 adalah 602 kk dengan total jumlah 2.660 jiwa.95% masyarakat ngata toro berprofesi sebagai petani sawah.
Masyarakat asli di ngata toro adalah etnis moma. Etnis ini memang menempati sebahagian besar wilayah kecamatan kulawi dan kulawi selatan. selain etnis moma,terdapat juga etnis rampi dan toraja yang hijrah dari provinsi tetangga sulawesi selatan,dan sub-sub etnis kaili lainnya yang berasal dari lembah sigi,kota palu dan sekitarnya.

Dari beberapa cerita yang saya dengar,bahwa dulunya terdapat sebuah kampung tua yang bernama malino.kampung tersebut adalah kampung asal muasalnya ngata toro ini. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan batu-batu pahat bekas tiang rumah. Perjalanan menuju kampung malino harus ditempuh dalam dua hari dua malam berjalan kaki menyusuri hutan ngata toro
toro memang wilayah yang eksotis. Sawah yang terhampar luas sepanjang sisi timur serta hutan yang nampaknya terjaga dengan baik mengelilingi ngata toro. Hutan-hutan lebat yang merantai wilayah toro ini begitu hijau,sejuk serta menambah kental kesan alami yang sepanjang hari dapat dinikmati di ngata toro ini.
masyarakat disini mengelola ribuan hektar hutan mereka dengan kearifan lokal yang terus diwarisi dari nenek moyang. Aturan-aturan adat diterapkan secara berkesinambungan pada pola kehidupan, guna menjaga hutannya dari berbagai jenis ancaman kerusakan alam akibat perambahan lahan.
masyarakat adat toro percaya bahwa mereka dari generasi ke generasi sudah melindungi alam dan sumberdaya alam yang mereka miliki. pembagian wilayah dan lahan garapan sudah mereka tentukan berdasar pada aturan adat. mereka masih yakin dan percaya dengan aturan-aturan adat peninggalan nenek moyang mereka. aturan-aturan adat ini sampai dengan sekarang masih menjadi acuan hidup seluruh masyarakat adat disana dan pelanggaran terhadapnya akan mengakibatkan sangsi-sangsi adat yang telah di tentukan pula sebelumnya.
eksistensi masyarakat adat ngata toro ini ternyata menarik perhatian dunia,terutama organisasi-organisasi internasional yang bergerak pada lini konservasi maupun pemberdayaan hak-hak masyrakat adat. tokoh-tokoh masyarakat di ngata toro pun telah sering dihadirkan sebagai pembicara pada seminar-seminar yang menyoal kearifan lokal dan lingkungan baik pada tingkat nasional maupun internasional.
bukan hanya itu, strategi pengelolaan alam yang diimplementasikan masyarakat toro ini telah mampu menjadikan toro sebagai objek yang kerap kali didatangi oleh para peneliti lokal,nasional bahkan mancanegara. terbukti sebuah project penelitian murni bernama storma (stability of rainforest margin in indonesia) yang digagas berdasarkan kerja sama dua buah universitas indonesia yakni IPB dan UNTAD dengan dua universitas jerman yaitu gottingen dan kassel telah melakukakan penelitian-penelitan diwilayah ngata toro semenjak september 2003. substansi penelitian storma yang ingin mencari solusi bagaimana masyarakat tetap bisa hidup di wilayah pinggiran hutan tanpa merusak hutan tersebut sangat singkron dengan pola-pola kearifan lokal yang diterapkan masyarakat adat ngata toro.misalnya orang-orang toro berkebun dengan prinsip agroforest pampa atau berkebun di antara pohon-pohon di hutan tanpa merambah hutan tersebut.
pada tahun 2002, 2003 dan 2010 ngata toro mendapat kunjungan studi banding tentang pengelolaan lingkungan dari pemerintah daerah kutai.negara filipin dan pemerintah daerah maluku utara.
selain keindahan alam dan pengelolaannya yang sangat arif , kesadaran masyarakat terhadap bentuk-bentuk budaya sangat tinggi di ngata toro ini,orang – orang yang ramah dan terbuka menumbuhkan rasa nyaman bagi para pengunjung.
Keberadaan bangunan-bangunan publik dengan corak lokal masih dipertahankan,tidak hanya sebatas fisiknya saja, tapi bangunan – bangunan ini kemudian berfungsi sebagaimana harusnya, misalnya saja lobo, lobo adalah sebuah bangunan adat dari batang-batang kayu tertentu yang selalu digunakan para tokoh adat dan masyarakat untuk no libu (berkumpul) guna membahas persoalan-persoalan ngata ataupun berkumpul untuk memutuskan suatu persoalan secara adat. Selain Lobo juga terdapat paningku,gampiri serta bantaya yang juga memiliki fungsi masing-masing.
suatu waktu ketika sedang asik berjalan-jalan di perkampungan ngata toro,saya menyaksikan sebuah peristiwa yang cukup menarik, ada sekelompok anak-anak Sekolah dasar sedang melakukan proses belajar mengajar di dalam Lobo, saya menghampirinya.
Saya sangat kagum, ternyata anak-anak ini adalah siswa-siswi sekolah dasar al khairat Toro yang kebetulan bergama kristen sedang belajar agama mereka di lobo,setahu saya Al –khairat adalah sebuah perguruan islam yang terbilang besar di sulawesi tengah, biasanya sekolah-sekolah al khairat hanya memiliki murid agama islam, tapi di toro ada kenyataan di masyarakat yang menyentuh saya, bahwa bagi orang Toro,perbedaan prinsip hanyalah dinamika, bukan persoalan yang harus memecah kita menjadi kelompok-kelompok yang saling bermusuhan . Mereka memiliki perbedaan satu sama lain namun berupaya menghargainya sebab pemahaman mereka tentang hakikiat manusia adalah sama. Adat istiadat menjadi ruang mereka untuk lebur menjadi satu atap dalam kerifan budaya lokal ngata toro.
Perjalanan saya hari ini adalah menuju jalur tracking lintas ngata (kampung). Seorang tondo ngata atau penjaga hutan telah bersedia menemani saya , namanya pa Said, beliau telah ditunjuk oleh lembaga adat ngata toro untuk menjadi tondo ngata sejak tahun 1995, atau sekitar 17 tahun yang lalu.
Jalur tracking ini digagas sendiri oleh masyarakat ngata toro sebagai salah satu perwujudan program desa ketika tahun 2011 yang lalu ngata toro mendapat stimulasi anggaran pengembangan pariwisata dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Namun jauh sebelum itu,jalan-jalan setapak yang menjadi cikal – bakal jalur tracking tersebut telah dibuat sendiri oleh Pa Said. Ya, pa said memang harus membuka jalan-jalan kecil di tengah hutan mengingat tanggung jawabnya sebagai seorang tondo ngata dalam mengawasi ribuan hektar hutan ngata toro. Menurut perencanaannya jalur ini akan dibuka terus sejauh 15 km.
Selain hutan yang begitu kaya dan terjaga,Di ngata Toro juga ternyata banyak terdapat pengrajin-pengrajin produk lokal, seperti pengrajin tikar dari ilalang, pengarajin kursi bambu dan pengrajin kulit kayu
Salah satunya adalah Ibu halempe,adalah seorang wanita berusia 68 tahun yang masih terus mengerjakan pembuatan pakaian-pakaian adat berbahan kulit kayu. Usia yang telah senja sama sekali tidak pernah menyurutkan keinginannya untuk tetap meneruskan kegiatan yang sangat membutuhkan ketahanan fisik itu. Menurutnya,pakaian asli masyarakat daratan kulawi adalah pakaian berbahan kulit kayu, jadi jika sudah tidak ada lagi yang bisa membuatnya maka orang-orang kulawi akan kehilangan ciri kebudayaannya sebagai to- kulavi. Secara pribadi ibu halempe mengkhawatirkan hal tersebut, jarang sekali saat ini anak-anak muda yang terpanggil untuk mempelajari tekhnik pembuatan pakaian dari kulit kayu dengan perangkatnya yang masih menggunakan metode tradisional.
Selain ibu halempe ada juga seorang bapak bernama anwar yang berprofesi sebagai pengrajin bambu. pak anwar telah menghasilkan produk-produk berupa kursi dan meja yang berbahan baku seratus persen bambu.
Seandainya saja seluruh tempat di nusantara ini memiliki kearifan lokal yang terus dilestarikan oleh sebahagian besar masyarakatnya dalam mengelola alam dan potensinya, persis seperti apa yang orang-orang ngata toro lakukan, saya yakin dunia tidak perlu gelisah terhadap Global Warming !!! selamat jalan TORO. MAROHO ADA MANIMPU NGATA.

MG,toro,14 maret 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar