Selasa, 27 Maret 2012

DANAU LINDU (sebuah narasi)

Danau Lindu terletak di kecamatan Lindu, kabupaten Sigi provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia dan berada hampir di tengah-tengah Zona Taman Nasional Lore Lindu. Danau Lindu dimasukkan ke dalam kelas danau tektonik dengan ketinggian 1.000 m diatas permukaan laut dan luas 3.488 ha.
Jarak tempuh menuju danau lindu kurang lebih 77 kilo dari ibu kota provinsi Sul Teng. Dengan rute 60 kilo dari kota Palu ke lokasi transit di desa sadaunta lalu melanjutkan lagi 17 kilo meter dari sadaunta menuju Puroo sebagai desa pertama yang kita jumpai saat memasuki dataran Lindu
Danau Lindu dikelilingi oleh 8 pegunungan yakni Nokilalaki, Adale, Kona’a, Tumaru, Gimba, Jala, Rindi, dan Toningkolue. Umumnya, pegunungan ini tertutup hutan lebat yang terdiri dari hutan tropis, hutan pegunungan bawah, dan hutan lain dengan ekosistem berbeda.
Jalan menuju Kecamatan ini cukup menantang karena hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua,Bahkan jika kita berpapasan dengan roda dua lainnya maka salah satunya harus berhenti dulu. Ketinggian dalam perjalanan menuju danau berkisar 200m sampai 2.610 m di atas permukaan laut. Dari Sadaunta menuju lindu jurang akan berada pada sisi kanan kita sampai di Puncak.Dari Puncak sampai ke desa Puroo jurang berada disisi kiri. Kendaraan yang kebetulan lebih dekat jurang diprioritaskan untuk lewat lebih dulu,sementara kendaraan di sisi tebing harus berhenti merapatkan kendaraannya pada tebing agar kendaraan yang berlawanan arah bisa lewat.Curah hujan sepanjang jalan terbilang tinggi,sehingga anda harus ekstra hati-hati terutama jika hujan sedang turun sebab jalan akan menjadi licin. Jika membawa kendaraan sendiri,anda harus memastikan bahwa kendaraan anda sedang dalam kondisi baik terutama mesin dan ban. Jika tidak, anda boleh mengambil ojek khusus ke Lindu,mereka mangkal di Sadaunta. Harga untuk sampai ke Lindu dari Sadaunta adalah 35 rbu rupiah,agak mahal kedengarannya, tapi jika anda telah melewati jalur menuju lindu,anda akan paham bahwa 35 ribu tak semahal kedengarannya. Lagipula ojek-ojek ini sudah berpengalaman dan bisa diandalkan untuk menempuh medan yang cukup ekstrem sepanjang perjalanan menuju Daratan Lindu.
Oh ya,kebetulan hari ini saya bertemu dengan dua orang turis asing asal cekozlovakia diperjalanan.Mereka juga hendak menikmati danau Lindu,lalu kami memutuskan untuk menginap di cottage-cottage yang ada didesa tomado, Fasilitas ini disiapkan oleh pemda Kabupaten sigi melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata bagi para pengunjung objek wisata Danau Lindu. Harga sewanya untuk satu malam adalah 250 ribu.
Berdasarkan Perda Kabupaten Donggala no 8 tahun 2007 tentang pembentukkan kecamatan Lindu,mekarlah kecamatan Lindu dengan empat desa di dalamnya yaitu desa Puroo, Desa Langko, desa Tomado dan desa Anca. Ke-empat desa ini terletak di tepi danau Lindu.Luas Kecamatan Lindu adalah 552,03 km² dengan jumlah jiwa sebanyak kurang lebih 5.000 jiwa ,sebahagian besar warga keempat desa menggantungkan mata pencaharian mereka pada danau lindu sebagai nelayan mujair dan sebagai petani sawah.
Danau lindu merupakan salah satu objek wisata yang populer di Kabupaten Sigi, progress market untuk wisata ini telah menembus mancanegara.Dasar Danau Lindu ini mengandung lumpur,sehingga ikan air tawar seperti mujair,mas,sidat sangat cocok untuk hidup disini.
Pada suatu Zaman dalam skala waktu geologi yang berlangsung sekitar 5.322 hingga 1.806 juta tahun silam terjadi sebuah gerakan tektonis yang membentuk lembah-lembah besar dikawasan taman Nasional Lore Lindu seperti lembah napu,besoa,palolo dan Lindu . Lembah-lembah tersebut pada awalnya adalah danau-danau besar , dan pada saat ini sebahagian diantaranya tertutup sedimen kemudian membentuk lembah yang subur. Hanya danau lindu saja yang hingga saat ini masih berupa danau. Dikalangan masyarakat lindu sendiri banyak versi folklore yang berkembang seputar terjadinya danau lindu,diantaranya seperti yang diungkapkan seorang tokoh masyarakat pak alimutia diDesa anca dan pak samuel di desa Langko.
Apapun cerita tentang masa lalu,Danau lindu memang cantik, terutama di Pagi Hari saat kabut-kabut mulai beranjak dari pegunungan untuk menyambut matahari datang. Orang-orang yang memiliki sawah di dusun-dusun seberang mulai sibuk dibibir danau menyiapkan “motor” nya masing-masing untuk berangkat ke sawah.ya Orang-orang lindu menyebut perahu dengan motor, sebab sebahagian besar perahu mereka telah dipasangi mesin penggerak atau motor.
Kedatangan saya ini,ternyata bertepatan dengan pelaksanaan ombo ntodea ,atau pelarangan untuk menangakap ikan Didanau dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh dewan dan majelis adat. Menangkap ikan saat pelaksanaan ombo akan dikenankan sangsi secara adat,kecuali mengambil seperlunya untuk dimakan,tapi tidak untuk dijual. Begitulah salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat lindu untuk tetap menjaga keseimbangan alam serta makhluk hidup lain yang berada disekitar mereka.
Perjalanan di daratan lindu hari ini membawa saya menuju objek wisata ziarah, yaitu menuju makam maradindo di pulau bola, dengan menggunakan kapal dan ditemani oleh bapak gunci rante sebagai juru kunci makam tersebut
Maradindo adalah seorang raja yang disegani di daratan Lindu, semasa hidupnya beliau juga ikut memerangi para penjajah.
Selain menikmati danau serta pulau bola, saya menyempatkan diri menuju “muara”. Orang lindu menyebut tempat buangan air danau menjadi anak sungai dengan sebutan muara.
Dengan menggunakan “motor lindu”, saya menyebut perahu sebagai motor karena begitulah orang-orang menyebutnya disini. Dari desa anca sekitar 25 menit menuju tepi muara,kemudian berjalan kaki memasuki hutan kurang lebih setengah jam. Hutan disini terbilang lebat dan terjaga sebab masuk ke dalam zona taman nasional. Akan berat hukumannya jika merambah hutan,belum lagi harus berhadapan dengan hukum-hukum adat masyarakat Lindu. Tanjakan-Tanjakan dan turunan diantara pohon-pohon besar harus dilalui dengan susah payah, namun ketika mencapai muara, semua keletihan dijamin akan terbayar. Air terjun yang walaupun tidak terlalu tinggi menumpahkan air danau begitu banyak setiap detiknya, belum lagi suasana hutan yang mengelilingi lokasi muara menjadikan kita betah untuk berlama-lama disana. Air yang bergerak membentuk sungai ini mengaliri banyak tempat di lembah sigi dan Palu.Tidak sedikit para petani di lembah atau di pegunungan tetangga mendapat manfaat dari aliran sungai yang berasal dari danau Lindu.
Pemda Kabupaten sigi melalui Dinas Kebudayaan dan pariwisata Telah menjadikan Danau Lindu sebagai salah satu objek prioritas untuk program pengembangan potensi DTOW atau Daerah Tujuan Objek wisata. Hal ini sangat masuk akal, dengan modal seksinya keindahan alam yang ada di daratan lindu serta warga yang begitu ramah,Danau Lindu akan mampu berdaya saing hingga ke Level internasional jika ia ditunjang oleh program-program pemda yang menyentuh substansi Pariwisata daratan Lindu.
Selain membangun beberapa Fasilitas untuk pengunjung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sigi juga telah menggagas annual event atau kegiatan tahunan Di Lokasi Objek wisata Danau Lindu. Event Ini berupa Festival yang bertajuk Festival Danau Lindu, tahun ini telah memasuki penyelenggaraannya yang ke tiga.Festival ini adalah festival Kesenian dan Kebudayaan yang menjadikan isu lingkungan sebagai konsep dasarnya,Konsep Lingkungan ini digagas dalam rangka merespon perkembangan-perkembangan aktual mengenai konservasi seperti Global Warming serta juga mengingat posisi danau Lindu yang secara geografis terletak dalam kawasan taman Nasional. Tidak hanya itu,bentuk bentuk kebudayaan Yang dimiliki Kabupaten Sigi juga dijadikan jargon guna mewujudkan Festival Danau Lindu sebagai Festival yang mengapresiasi Warisan Dunia.
Semoga Lindu tetap cantik,bersahaja dan alami sekalipun perkembangan dunia menuntut make up yang menor.
Orang-orang Sigi dan Masyarakat Lindu khususnya memang harus tetap bersinergi untuk mewujudkan Danau Lindu sebagai salah satu pilar pariwisata yang akan ikut menunjang pembangunan daerah, cita-cita Menjadi Masyarakat yang beradat dan berbudaya serta mampu memaksimalkan potensi daerah bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan di Kabupaten Sigi. Selamat tinggal danau Lindu!!!

1 komentar: