LAKON
ORANG KE LIMA
Karya Syaiful Affair
DRAMATIC PERSONAE
ORANG YANG BICARA DI PODIUM
WANITA dengan payung hitam
ANAK
WANITA TUA
HAKIM
ORANG BANYAK
PETUGAS-PETUGAS
ORANG + TOPENG I, II, III DST
KETIKA SANDIWARA INI DI MULAI, PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANGAN DALAM DARI SEBUAH RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL YANG TIDAK TERLALU BESAR JUGA TIDAK TERLALU KECIL. TAMPAK BEBERAPA BUAH KURSI JUGA MEJA DAN PERALATAN PELENGKAP LAINNYA TAPI TIDAK TERLALU KOMPLIT. SEMENTARA UNTUK PENERANGAN RUANGAN INI HANYA MEMPERGUNAKAN DUA BUAH LAMPU MINYAK. HANYA ADA 4 ORANG.
SALAH SATU ADA DI DEKAT MEJA YANG SATUNYA LAGI SEDANG MAKAN DIANTARA SUDUT RUANGAN. TAMPAK JUGA YANG SEDANG MENGUTAK-ATIK LAMPU MINYAK. SEMENTARA YANG SATUNYA LAGI TAMPAK SIBUK DENGAN FIKIRANNYA.
ADEGAN I
ORANG I (Sambil Membersihkan Sepatu)
Ada tempat yang lebih tinggi?
ORANG III
Yang kemarin masih juga kotor.
ORANG II (Diantara Makannya)
Sebelum saya datang, sudah saya suruh dia untuk membersihkan.
ORANG III
Kamu suruh dia lagi?
ORANG IV (Lebih Kepada Dirinya Sendiri)
Terpaksa.
ORANG II
Kamu sendiri yang mau, kan?
ORANG III
Sudah saya bilang berkali-kali, masih juga tidak faham kamu.
ORANG II
Kalau saya yang pegang tambah kotor, kamu tahu itu.
ORANG I (Dengan Aktifitasnya)
Apa tidak bisa diganti dengan ...
ORANG IV (Memotong)
Terpaksa.
ORANG III
Sudah saya bilang, kan?
ORANG I
Loh ... Jadi, semua?
ORANG III
Yang bersih sudah kotor lagi.
ORANG II
Bagaimana dengan mereka?
ORANG III (Diam)
ORANG IV
Terpaksa. Terpaksa.
ORANG II
Masak tidak ada lagi?
ORANG IV (Mau Bicara Tapi Cepat Di Potong)
ORANG II
Yang tidak terpaksa, maksud saya.
ORANG I (Bergerak)
Bisa tambah sulit, ini.
ORANG III
Kita juga nanti bisa, hanya saja kita tidak mau tergesa-gesa.
ORANG II
Kemarin saya sendiri yang menghadapi mereka, kalian cuma diam. Apalagi kamu, selalu sibuk dengan urusanmu sendiri.
ORANG I
Itu, kan untuk persiapan kita juga.
ORANG II
Hah!
ORANG III
Saya kira, mungkin begitu.
ORANG II
Katanya kamu mau lebih ...
ORANG I
Jadi, ada ini?
ORANG III
Tidak ada yang tidak koyak, semua kotor itu.
ORANG IV
Terpaksa.
LAMPU PADAM PERLAHAN --- TERANG KEMBALI, DAN MEREKA SUDAH BERADA DI TEMPAT LAIN. NAMUN SUASANANYA TIDAK JAUH BERBEDA.
ADEGAN II
ORANG III (Membalik-Balik Topi)
Kau yakin? Kok rasanya sama saja, ini?
ORANG I (Sambil Membersihkan Sepatu)
Tidak lebih ini ...
ORANG II (Merogoh Sesuatu Dari Balik Jasnya)
Tinggal satu ini.
(Mulai Memakan Sesuatu Yang Diambil Dari Balik Jasnya Tadi)
Sudah tidak seped ini.
ORANG I
Masih ada, ya?
ORANG II
Mau?
ORANG I
Ada lagi?
ORANG II (Memberikan Sepotong Kepada Temannya)
Nah.
ORANG I (Diantara Sikap Tangannya)
Loh, nanti kamu tidak kenyang?
ORANG II
Saya sudah makan tadi, ini cuma iseng saja kok.
ORANG I (Akhirnya Ikut Makan. Setelah Mengunyah Sedikit)
Tidak terlalu manis, tapi lumayan.
ORANG II (Menawarkan Kepada Yang Lain)
Kamu?
ORANG III
Tidak terimakasih, saya masih kenyang.
SESAAT MEREKA DIAM. BERDUA HANYA MAKAN. YANG LAIN TETAP DIAM. LALU SUARA DETAK JAM. KEMUDIAN GELAP PERLAHAN. DIMANA-MANA BERANTAKAN. DI RUANGAN LAIN. SUASANA LEBIH ‘KERING’ TAMPAK HANYA ADA 3 ORANG.
ADEGAN III
ORANG I (Sambil Memegang Sepatu)
Sudah hampir selesai.
ORANG II
Yakin sudah? Kok?
ORANG I
Sudah saya periksa tadi.
MASUK SEORANG WANITA DENGAN GAUN TIDUR WARNA GELAP, MEMBAWA PAYUNG HITAM.
ADEGAN IV
ORANG II
Ya?
ORANG III
Sudah ketemu?
WANITA
Tempat saya dimana?
ORANG III
Loh, kamu sudah bisa istirahat?
WANITA TADI CUMA DIAM. LALU MENDEKATI SALAH SATU KURSI YANG ADA DI SITU. SEMENTARA YANG MEMBERSIHKAN SEPATU BERHENTI DARI AKTIFITASNYA, LALU MEMPERHATIKAN WANITA TADI DENGAN SERIUS.
WANITA
Kemarin kalian yang meminta,kan? Waktu saya sempit ini.
(MELIHAT SEKELILING LALU MENGELUARKAN ROKOK DARI TAS KECILNYA)
ORANG II
Ada korek apinya?
WANITA (Mengeluarkan Juga Sejenis Korek Api)
Hemm ... begitu lagi.
(Menyalahkan Rokoknya, Menghisapnya Dengan Santai)
Setiap kali saya datang buat dia, selalu saja tidak ada. Dan baru kembali kalau saya sudah hilang gairah untuk bicara.
(Kepada Yang Lain)
Dia pergi, kan? Apalagi alasannya?
ORANG I (Sambil Kembali Membersihkan Sepatu, Kemudian Dipakainya)
Bagaimana?
(MEMPERLIHATKAN KEPADA WANITA)
WANITA
Baru lagi?
ORANG I
Siapa bilang ...
WANITA
Oh...
ORANG II
Dia tidak ingat. Biasa.
WANITA
Saya lihat seperti bukan, sih.
(Kepada Yang Mencoba Sepatu)
Kamu yakin, itu sudah cocok dengan yang lebih tinggi?
ORANG I
Bagaimana ya?!
WANITA
Kamu sendiri kelihatan tidak yakin itu. Sebaiknya memang jangan cepat-cepat yakin dulu, nanti malah seperti mereka.
ORANG III
Mereka dulu begitu?
WANITA (Hanya Menatap Sebentar Kepada Yang Bertanya-Lalu Kembali Acuh Menghisap Rokoknya)
ORANG I
Saya tidak terpengaruh mereka.
(Lalu Mencopot Sepatunya Kembali Dan Mulai Membersihkannya Lagi)
ORANG III
Dia tidak bilang kamu terpengaruh sudah?
ORANG I
Kemarin juga dia bilang begitu.
WANITA
Jadi, dia bilang juga begitu? Saya tahu, dia memang bisa membaca apa-apa yang tidak orang lain bisa baca. Saya kenal dia kira-kira ada lima tahun sudah.
ORANG II
Dimata kamu apa dia sekarang ada perubahan?
WANITA
Perubahan dia sekarang, cuma selamanya tidak akan pernah bisa berubah.
(Melihat Kembali Sekeliling)
Eh, ada dimana ya dia sekarang?
ORANG I (Menunjuk Salah Satu)
Itu!
WANITA
Bukan dia. Dia maksud saya. Dia seperti frustrasi sekarang. Terakhir saya bertemu dia masih seperti dulu, tidak banyak bicara tapi energik, tidak pernah putus semangat, juga tidak pernah tidak merokok. Tapi sekarang dia sudah berhenti merokok, kan? Dia bilang begitu, kok sama saya. Tapi saya tidak tahu, benar apa tidak apa yang dia bilang itu. Tapi saya yakin dia masih ramah dan tidak kasar. Tidak seperti mantan suamiku dulu itu, uhk gila! Dia bilang sama saya waktu itu supaya saya jangan terlalu cape, juga tidak perlu diet, nanti malah sakit, katanya?
(Bangkit, Mematut-Matut Diri Dengan Cermin Kecil)
Dia bilang, gembrot begini juga cantik, kok? Dia bilang juga rambut saya ini tidak usah dipotong, apalagi di rebounding, katanya biarkan saja seperti ini, biar seperti gadis keraton, katanya. Hemm ... dia memang laki-laki sejati. Oh ya dia juga bilang, kalau saya tidak bisa berhenti merokok juga tidak apa-apa, katanya. Asal jangan ...
ORANG III (Memotong)
Jadi dia tidak bicara soal itu?
WANITA (Sadar)
Ya?!
ORANG I
Jadi dia cuma membicarakan tentang dirimu saja?
WANITA
Oh, itu. Dia juga bilang, katanya kita kalau bisa jangan terlalu berisik dulu, soalnya dia bilang begini,
BANGKIT-LALU MENGHAMPIRI SALAH SATU DAN MEMBISIKKI TELINGANYA. MEREKA TAMPAK SERIUS BERDUA. SEMENTARA YANG LAIN JADI TERUSIK DENGAN SIKAP MEREKA BERDUA YANG BERBISIK-BISIK. LAINYA SALING BERTATAP-TATAPAN CURIGA.
ORANG I (Setelah Selesai Di Bisikki)
Oh... oh... begitu.. wah... pantas!
WANITA
Husssy! Sssst ...!
ORANG I (Sadar)
Maaf, maaf.Tapi, kenapa sekarang belum juga?!
WANITA (Kembali Ketempatnya Semula. Mengeluarkan Lagi Rokok, Menyalahkan Lalu Menghisapnya)
Kalian semua masih tidak faham. Kamu juga masih tidak mengerti-mengerti juga. Sudah saya bilang, kan, dia tidak suka yang tergesa-gesa.
ORANG I
Lalu yang kita lakukan sekarang ini, apa jadi?
ORANG II (Menyindir)
Membersihkan lagi, seperti biasa.!
ORANG I (Menoleh Kepada Yang Menyindir)
Waaah!
ORANG II
Sama saja, kan?
ORANG III (Mengajak Yang Lain)
Bagaimana?
ORANG II
Pendapat saya?
ORANG III
Punya?
ORANG II
Kamu mau dengar?
ORANG III
Apa?
ORANG II
Geser!
ORANG III
Kita sudah lebih dulu di gusur, ingat?
ORANG II
Habis?
ORANG III
Coba Tanya dia.
ORANG II
Ah malas!
ORANG III
Loh, lalu bagaimana, dong?
ORANG II
Sudah geser saja, titik!
ORANG III
Bagaimana ini?
ORANG II
Paksa saja!
ORANG III
Kasar itu ...
WANITA (Menyela)
Apa saya bilang.
ORANG I
Apa?
WANITA
Dia tidak suka yang tergesa-gesa dan kasar begitu.
ORANG II (Kepada Wanita)
Tapi kita harus selesaikan, dong? Masak harus begini saja terus-terusan?
WANITA
Dia tidak mau kalau buru-buru. Dan dia tidak mau kalau hasil kerja kita nanti juga karena buah terpaksa.
ORANG II
Terpaksa! Buru-buru!
Buru-buru bagaimana? Nanti kita kan harus melakukan perbaikkan-perbaikkan disana-sini. Yang ini harus di ganti, yang itu harus ditukar, yang sana harus ditambah, yang sini harus dipugar, yang bolong harus ditambal, yang kurang harus ditambahi, yang kosong harus di isi, dan seterusnya, dan seterusnya! Pendek kata, kita yang harus mengerjakan semua itu nantinya! Dan itu, butuh waktu yang lama! Ya kan?
Apa mau kita teruskan saja hasil kerja mereka itu? Masak kebobrokan harus dipertahankan? Masak kecurangan harus dibiarkan selamanya? Malu dong! Lagipula selama ini kita sudah lama menunggu, masak masih dibilang terburu-buru? Lalu yang tidak terburu-buru itu yang bagaimana? Lagi pula kalau terlalu lama bisa jadi malas kita, jadi jenuh/ Bisa-bisa dunia menuduh kita lamban! Selama ini, kan tuduhan itu yang selalu kita terima, ya kan?
Saya yakin, dia juga tahu apa yang harus kita lakukan nanti. Dan itu semua memang sudah kita rencANAKan bersama-sama, kok? Tapi sekarang apa? belum lagi sampai, lagaknya sudah seperti penguasa, main atur semaunya. Jangan-jangan malah dia yang mau sampai sendiri.
(Setelah Agak Tenang Sedikit)
Dia kan tahu, kita sudah habis-habisan selama ini. Sama-sama berjuang, tidak main rahasia-rahasiaan, tidak ada curiga-curigaan, tidak harus bisik-bisikkan seperti tadi. Apa itu, cuma mendorong kita untuk jadi saling mencurigai satu sama lain saja. Dia juga yang bilang begitu dulu, kan?
Katanya kita jangan sampai mengikuti apa yang pernah mereka alami seperti itu. Karena mereka sekarang sedang lupa dan terbuai dengan kenikmatan-kenikmatan hasil serakahnya!Itu memang bisa terjadi pada siapa saja yang sudah menjadi tinggi. Nah, itu kan artinya kita tidak harus berlama-lama diam di bawah dan hanya mengawasi saja. Tapi juga harus cepat bergerak. Tujuan kita, kan mau memperbaiki, bukan membiarkan saja rusak! Dia sendiri yang bilang begitu, kok dulu?!
ORANG I
Begitu, betul?
ORANG III
Saya malah tidak pernah dengar itu.
ORANG II
Pernah kamu. memang tidak persis begitu.
ORANG I
Kita harus mengakui dia memang lebih baik dibanding yang lain. Bahkan musuh-musuhnya sendiri mengakui itu.
ORANG II
Kalau itu, saya memang sudah tahu.
ORANG I
Sudah terbukti, memang.
ORANG III (Kepada Wanita)
Tadi kamu bilang dia frustrasi? Kenapa?
WANITA
Mudah-mudahan saja saya salah menilai.
ORANG III
Kamu tidak betul-betul kenal dia kalau begitu.
WANITA
Tapi dia memang tidak mau di paksa.
ORANG II
Akhirnya kita yang terpaksa.
WANITA
Dia mau yang elegant, wajar, tapi menggigit.
ORANG I
Itu saya sudah tahu, memang jurus dia itu.
WANITA
Hebat, kan?
ORANG III
Tidak ada memang yang mirif dengan dia.
ORANG II
Loh? Sama dia itu, loh!
ORANG III
Yang mana? Siapa?
ORANG II
Yang gugur itu, loh?
WANITA (BERANJAK)
Saya harus pergi.
ORANG III
Tapi dia belum datang, ini?!
WANITA
Bilang saja nanti kalau dia datang, saya sudah kesini.
ORANG II
Selepas nanti, kamu kesini lagi?
WANITA
Oh, ya nanti kamu yang bersihkan, jangan menyuruh dia lagi. Ingat itu. Kalau kalian butuh sesuatu bilang saja nanti, atau sekarang barangkali?
ORANG II
Tanyakan dia, tuh!
(MENUNJUK SALAH SATU YANG LAIN)
WANITA (Kepada Yang Di Tunjuk)
Perlu sekarang, kamu?
ORANG I
Tidak usah, nanti saja.
WANITA (Kepada Yang Lainnya)
Kamu?
ORANG III
Terimakasih.
WANITA
Sudah, saya pergi sekarang.
ORANG I (Sambil Membersihkan Sepatu)
Selamat berjuang!
WANITA MEMBUKA PAYUNG HITAMNYA KEMUDIAN EXIT.
KEMUDIAN SALAH SATU ORANG BERGERAK KESUDUT RUANGAN MENDEKATI LAMPU MINYAK, MENGUTAK-ATIK SAMBIL MENCARI-CARI SESUATU DI SAKU JASNYA. LALU BERGERAK LAGI MENGHAMPIRI YANG MEMBERSIHKAN SEPATU.
ADEGAN V
ORANG II
Korek api.
ORANG I (Mengeluarkan Korek Api Dari Saku Celananya)
Nyalahnya sudah tidak bagus.
MEMBERIKAN KOREK API. YANG MENERIMA KOREK API KEMBALI BERGERAK KESUDUT TEMPAT LAMPU MINYAK TADI.
ORANG III
Hati-hati.
TAMPAK YANG MENERIMA KOREK API AGAK KESULITAN MENYALAHKANNYA, NAMUN NYALAH JUGA. KETIKA LAMPU MINYAK MENYALAH, TAMPAK ORANG YANG MENYALAHKANNYA WAJAHNYA JADI TERANG SEBAGIAN OLEH CAHAYA LAMPU MINYAK ITU.
ORANG III
Kok belum datang juga, ya?
10.
ORANG I (Memperlihatkan Sepatunya)
Saya kira sudah ini. Coba lihat.
ORANG III
Masih.
ORANG I
Masih apa?
ORANG III
Belum pantas,
ORANG I (Sambil Memperhatikan Sepatu)
Masak, iya?
ORANG III
Semua orang pasti sependapat dengan saya.
ORANG I
Tolong, lampunya diterangi lagi...
ORANG II
Ya.
ORANG I
Kurang terang itu.
ORANG II
Begini, bagaimana?
ORANG I
Nah.
ORANG II
Sudah?
ORANG I (Memperhatikan Sepatunya)
Saya harus bersihkan lagi.
ORANG TADI KEMBALI MEMBERSIHKAN SEPATUNYA. SALAH SEORANG YANG LAIN BERGERAK MENUJU MEJA LALU MENGAMBIL SURAT KABAR DIATAS MEJA. MEMBERESKAN LALU MULAI MEMBACA, NAMUN TIDAK KELUAR SUARANYA. POSISI YANG MEMBACA SURAT KABAR SEDEMIKIAN RUPA, SEHINGGA TAMPAK PUNGGUNGNYA MEMBELAKANGI PENONTON,
ORANG III (Kepada Yang Dekat Lampu)
Sudah baca?
ORANG II
Masih sama seperti kemarin.
ORANG I (Sambil Membersihkan Sepatu)
Itu yang kemarin?
ORANG III
Belum baca?
ORANG I
Bosan.
ORANG III
Ya.
ORANG I
Itu-itu saja
ORANG III (Setuju)
Saya fikir juga begitu.
ORANG II
Begitu memang.
ORANG III
Ya.
ORANG II
Tepat seperti yang kemarin dia bilang.
ORANG III
Dia kemana, ya?
ORANG II
Apa tidak meninggalkan pesan?
ORANG III
Biasanya sama dia.
MENUNJUK YANG MEMBERSIHKAN SEPATU
ORANG II Ada?
ORANG I
Cuma bilang, kembali secepatnya.
ORANG III
Biasa, itu.
ORANG II (Memperhatikan Lampu)
Seperti malas, nyalahnya ini.
ORANG III (Cepat)
Tolong, jangan dikecilkan dulu nyalahnya, itu.
ORANG II
Tenang, baca saja terus ...
ORANG I
Ya. Masak ketinggalan terus?
ORANG III
Kok, seperti terbitan miggu lalu, ini ...?!
ORANG I
Baca saja, sudah.
ORANG III (MELIPAT SURAT KABAR)
Saya keluar dulu, cari yang terbitan hari ini.
ORANG II
Loh, yang itu sudah kamu baca?
ORANG III
Isinya sudah bisa saya terka. Kalaupun terus saya baca, pasti tetap saja saya di katakan ketinggalan informasi, dan orang lain lebih dahulu tahu. Padahal mereka tidak mengerti apa artinya saya menerka.
(Meletakkan Surat Kabar Ditempatnya Semula)
Saya pergi.
EXIT. DIRUANGAN TINGGAL DUA ORANG. CAHAYA DIDALAM RUANGAN MAKIN TERASA REDUP. SEMENTARA YANG MEMBERSIHKAN SEPATU TETAP PADA AKTIFITASNYA. YANG LAIN MULAI KELIHATAN SEPERTI SEDANG MENCARI-CARI SESUATU.
ADEGAN VI
ORANG I
Sudah ketemu?
ORANG II
Kalau sudah, saya tidak sedang mencari seperti sekarang.
ORANG I
Saya cuma Tanya.
ORANG II
Belum.
ORANG I
Jawab begitu, kan tidak susah.
ORANG II
Iya, tadi saya sudah jawab. Belum.
ORANG I
Mudah-mudahan bisa cepat ketemu. Sibuk saya, tidak bisa membantu. Kamu lihat sendiri ini. Maaf.
ORANG II
Hmm.
ORANG I
Ini saya kerjakan juga untuk kita semua nantinya.
ORANG II
Hmm.
ORANG I
Dia yang bilang begitu, kamu juga tahu, kan?
ORANG II
Hmm.
ORANG I
Kamu ada kan waktu itu?
ORANG II
Hmm.
ORANG I
Memang, tidak perlu kita rahasia-rahasiaan. Tidak bagus buat yang tinggi.
ORANG II
Hmm.
ORANG I
Kita semua, kan sefaham.
ORANG II
Hmm.
ORANG I
Filling saya, rasanya sebentar lagi kita sampai.
ORANG II
Wah!
SEPERTI MENEMUKAN SESUATU
ORANG I
Sudah?
ORANG II
Pinjam korek api!
ORANG I
Tadi?!
ORANG II (Ingat, Merogoh Saku Jasnya, Menemukan Korek Api)
Oh ya.
ORANG I (Memperhatikan Temannya Yang Mulai Memantik)
Hati-hati, nyalahnya sudah tidak baik!
ORANG II
Mudah-mudahan ini.
YANG MENCARI TAMPAK MAKIN SERIUS. YANG LAIN MEMPERHATIKAN. TIBA-TIBA MASUK SESEORANG DARI PANGGUNG SEBELAH KIRI. YANG BARU MASUK TAMPAK MEMBAWA BUNDEL KERTAS.
INI MEMBUAT YANG SEDANG MENCARI DAN YANG LAIN BERALIH PERHATIAN. BERDUA DENGAN CEPAT MEMBURU YANG BARU MASUK.
ADEGAN VII
ORANG I (Antusias)
Ada tempat yang lebih tinggi?
ORANG II
Yang kemarin masih juga kotor?
ORANG I
Ya.
ORANG II
Betul, kan begitu?
ORANG I (Kepada Yang Lain)
Dia kelihatan kurang bergairah.
ORANG II
Juga kelihatan kurang kotor.
ORANG I
Bagaimana ini?
ORANG II (Mendekati Yang Baru Masuk)
Bagaimana?
ORANG I (Menarik Temannya Yang Mendekati Orang Yang Baru Masuk)
Sabar, sabar...
YANG DITARIK MENURUT. YANG BARU MASUK HANYA MENDENGUSKAN NAFAS PANJANG. LALU MENDEKATI SATU TEMPAT DIANTARA MEREKA.
ORANG I
Wah, kelihatannya dia memang betul begitu.
ORANG II
Begitu bagaimana?
ORANG I
Yang di katakan teman kita kemarin itu.
ORANG II
Apa?
ORANG I
Frustrasi.
ORANG II
Loh ...
ORANG I
Lihat saja, itu.
ORANG II
Tanya sana.
ORANG I
Kemarin dia bilang, sekarang kamu agak frustrasi, betul?
ORANG II
Kok, diam saja?
ORANG I
Kamu saja yang tanya, sana.
ORANG II
Kamu saja.
ORANG I (Mendekati Yang Baru Masuk)
Ada tempat yang lebih tinggi?
ORANG IV (Diam)
ORANG I
Yang kemarin masih juga kotor? Betul?
ORANG IV (Diam)
ORANG I (Memperlihatkan Sepatunya)
Ini, apa sudah bisa?
ORANG IV (Diam)
ORANG I (Kepada Dirinya Sendiri)
Belum bisa, mungkin.
ORANG II (Kepada Yang Bertanya)
Apa?
ORANG I (Kepada Yang Lain)
Diam. Tapi bisa aku terka dari diamnya itu.
ORANG II
Bagaimana kamu ini? Dia diam, kok!?
ORANG I
Artinya sama saja. Karena dalam diamnya itu tersimpan jawaban yang kita tanyakan.
ORANG II
Ngarang!
ORANG I
Sabar, sabar.
ORANG II
Ditanya, malah diam terus.
ORANG I
Kita tunggu saja teman kita itu, biar nanti dia yang menanyakan.
ORANG II
Kita sudah sabar menunggu dia datang, sekarang dia datang malah diam saja. Bagaimana lagi sabarnya?
ORANG I
Sudah, sabar lagi saja. Toh sabar itu kan milik kita sendiri, bukan pinjam milik orang lain.
ORANG II (Menanyakan Orang Lain Yang Belum Juga Kembali)
ORANG I
Biasa.
ORANG II
Kemana?
ORANG I
Cari yang terbitan hari ini.
ORANG II
Percuma. Dia pasti tetap saja ketinggalan.
ORANG I
Biar saja, mungkin itu bisa membuat hatinya tidak penasaran?
ORANG YANG DIAM SAJA TIBA-TIBA BICARA DENGAN SUARA YANG SANGAT BERAT.
ORANG IV
Terpaksa.
TEMAN-TEMANNYA SERENTAK MENGHAMPIRI YANG BICARA BERAT TADI. NAMUN YANG BICARA BERAT TADI TIDAK MENERUSKAN BICARANYA LAGI. TAMPAK YANG BERDUA KECEWA. LALU KEMBALI PADA AKTIFITASNYA SENDIRI-SENDIRI.
ORANG I (Melihat Kepada Yang Lain)
Masih ada?
ORANG II (Sambil Makan)
Mau?
ORANG I
Banyak masih?
ORANG II
Mau?
ORANG I
Tidak. Terimakasih.
ORANG II
Kalau mau bilang saja.
ORANG I
Tidak. Terimakasih.
ORANG II
Sudah makan?
ORANG I
Nanti saja.
ORANG II (Menawarkan Kepada Yang Lain)
Bagaimana?
ORANG IV (Diantara Diamnya)
Terpaksa.
ORANG II (Kepada Yang Membersihkan SepatU)
Selera makan saya bisa hilang kalau begini terus-terusan.
ORANG I
Sudah, biarkan saja dulu.
ORANG II
Saya sudah ingin cepat keluar dari ini semua.
ORANG I
Saya kira sedikit lagi.
ORANG II (Mengalihkan Pembicaraan)
Kamu bisa kena sakit magg kalau tidak mau makan begitu.
ORANG I
Saya rasa tidak.
ORANG II
Sudah, istirahat dulu, makan ini.
MENYORONGKAN MAKANAN
ORANG I
Selera makan saya belum kembali.
SEMENTARA MEREKA TERUS BERBICARA, ORANG YANG LAIN TAMPAK SUDAH TIDUR. MASUK ORANG YANG TADI MENCARI SURAT KABAR, PAKAIANNYA BERTAMBAH KUMAL, NAMUN SEKARANG DIA MEMAKAI TOPI DENGAN WARNA TERANG. TANGAN KANANNYA MENGGENGGAM SURAT KABAR.
ADEGAN VIII
ORANG YANG MEMBERSIHKAN SEPATU CEPAT BERANJAK DARI TEMPATNYA LANGSUNG MEMBURU ORANG YANG BARU MASUK MEMBAWA SURAT KABAR.
ORANG I
Ada tempat yang lebih tinggi?
ORANG II
Yang kemarin masih juga kotor?
ORANG III
Saya bawa yang baru.
ORANG II
Sudah tahu, saya.
ORANG III
Dia?
MENGARAHKAN PADA ORANG YANG LAIN
ORANG II
Baru saja tidur.
ORANG III
Tahu dari dia lagi?
MENGARAHKAN PADA SESEORANG
ORANG I (Kembali Dengan Gontai Ke Tempatnya Semula)
Wah, ketinggalan lagi, ini...
ORANG II
Kamu bawa apa lagi, itu?
ORANG I
Cuma topi itu?
ORANG III
Ya. Baca ini, rasanya benar saya ketinggalan lagi.
ORANG II
Dia juga sudah tahu.
MENGARAHKAN YANG MEMBERSIHKAN SEPATU
ORANG I (Kepada Yang Membawa Surat Kabar)
Jadi betul, mereka makin tinggi?
ORANG III
Dia bilang bagaimana?
MENUNJUK YANG TIDUR
ORANG II
Seperti biasa.
ORANG III
Terpaksa?
ORANG I
Ya, itu terpaksa.
ORANG III
Bagaimana?
ORANG II
T. e. r. p. a. k. s. a.
ORANG I
Mungkin betul, dia frustrasi.
ORANG II
Dia sering tidur, akhir-akhir ini.
ORANG I
Itu kalau dia sudah kecapean.
ORANG III
Ya, sudah.
ORANG II
Sebaiknya kita siap-siap saja lagi, siapa tahu?
ORANG I
Ya, mudah-mudahan. Dia tidak terlalu loyo, kok.
ORANG II
Di luar sana, tadi kamu sempat bertemu dia?
ORANG III
Di luar sana dia seperti biasa, pura-pura tidak kenal.
ORANG I
Itu, kan sudah strategi kita,memang.
YANG TIDUR IBA-TIBA BERGERAK, TAPI KEMBALI TIDUR LAGI DENGAN POSISI LAIN. YANG MEMBAWA SURAT KABAR MENGGELAR SURAT KABARNYA DI LANTAI, LALU MEMBUNGKUK SAMBIL MENGGARIS-GARIS KALIMAT DEMI KALIMAT DI SURAT KABAR ITU. TOPINYA TETAP DIKENAKAN DIKEPALANYA. YANG MEMBERSIHKAN SEPATU TURUN DARI TEMPATNYA SEMULA, MENGHAMPIRI YANG SEDANG TIDUR LALU JONGKOK DIANTARA KEPALA YANG SEDANG TIDUR, TAMPAK DIA SEPERTI MEMOHON SESUATU KEPADA YANG SEDANG TIDUR. YANG MAKAN BERTAMBAH LAHAP SEPERTI HEWAN YANG SEDANG KELAPARAN. YANG TIDUR MULAI NAMPAK GELISAH DIANTARA TIDURNYA. YANG MEMOHON MAKIN MERATAP, TAMBAH LAMA TAMBAH TERKESAN PILU. LAMPU BERUBAH-UBAH WARNA. TIBA-TIBA YANG MEMOHON BANGKIT LALU MEMBANTING SEPATUNYA KE LANTAI, MARAH-MARAH.
YANG TIDUR MAKIN GELISAH.
YANG MAKAN MAKIN RAKUS.
YANG MENGGARIS-GARIS MAKIN KACAU.
YANG MARAH-MARAH MAKIN ...
YANG TIDUR MAKIN ...
YANG MENGGARIS MAKIN ...
YANG MAKAN MAKIN ...
LAMPU BERUBAH WARNA MAKIN CEPAT.
LALU PADAM PERLAHAN.
ADEGAN IX
BAHKAN SEBELUM LAMPU DIATAS PANGGUNG MULAI MENYALA, SUARA-SUARA RIUH SUDAH TERDENGAR LEBIH DAHULU. DAN KETIKA LAMPU NYALAH PERLAHAN TAMPAK PANGGUNG SUDAH DIPENUHI ORANG BANYAK YANG MEMBAWA BERAGAM SPANDUK, MEREKA MONDAR-MANDIR BAHKAN ADA YANG BERJOGET DAN BERNYANYI. MAKIN LAMA MEREKA BERTAMBAH BANYAK, LALU BERPUTAR-PUTAR UNTUK KEMUDIAN EXIT.
ADEGAN X
LAMPU NYALAH SEMPURNA, MASUK KEMBALI ORANG BANYAK TADI, BAHKAN BERTAMBAH BANYAK JUMLAHNYA, TETAP MEMBAWA SPANDUK SAMBIL MENERIAKKAN SLOGAN-SLOGAN YANG TERDENGAR TIDAK JELAS.
ADEGAN XI
UNTUK KEMUDIAN MASUK JUGA SATU KELOMPOK LAIN DENGAN JUMLAH YANG LEBIH SEDIKIT. MEREKA TAMPAK MEMBAGI-BAGIKAN SELEBARAN KERTAS KEPADA SETIAP ORANG, KEMUDIAN EXIT.
ADEGAN XII
DARI SAYAP PANGGUNG SEBELAH KIRI MASUK LAGI SEKELOMPOK ORANG MEMAKAI TOPENG, MEREKA KEMUDIAN MEMBAUR DENGAN ORANG BANYAK YANG MEMBAWA SPANDUK. SALAH SATU YANG BERTOPENG TAMPAK MENGIBAR-NGIBARKAN BENDERA YANG DIKELUARKANNYA KEMUDIAN KETIKA DIA SUDAH BERADA DIDALAM KELOMPOK ORANG BANYAK. BENDERANYA BERWARNA TERANG MENYALA UNTUK KEMUDIAN DIA GUNAKAN BUAT MELINGKUP ORANG-ORANG YANG MEMBAWA SPANDUK, MAKA KEMUDIAN YANG TAMPAK OLEH PENONTON HANYA EMPAT ORANG BERTOPENG DENGAN MASING-MASING MEMEGGANG UJUNG BENDERA TERANG YANG MEREKA BAWA. MEREKA TAMPAK TAMBAH SEMANGAT.
ADEGAN XIII
UNTUK KEMUDIAN MASUK SEORANG WANITA TUA MENDEKATI MEREKA, LALU BERUSAHA MENARIK KELUAR SALAH SEORANG YANG BERADA DI DALAM LINGKUP BENDERA EMPAT ORANG BERTOPENG-YANG DITARIK TAMPAK MENOLAK DIAJAK KELUAR, MEREKA BERDUA KELIHATAN BERADU MULUT.
YANG DITARIK TETAP TIDAK MAU DI AJAK KELUAR, KEMUDIAN MASUK LAGI KE DALAM LINGKUPAN KAIN BENDERA. WANITA TUA KEHILANGAN ORANG YANG DITARIK. LALU MULAI TERIAK-TERIAK MEMANGGIL NAMA ORANG YANG DITARIK TADI. SUASANA MAKIN PANAS. SALAH SEORANG YANG BERTOPENG KEMUDIAN KELUAR DARI KELOMPOK BERGERAK MENUJU SISI KIRI PANGGUNG, MENCOPOT SEPATUNYA LALU MEMBERSIHKANNYA, LALU MEMAKAINYA KEMBALI KEMUDIAN CEPAT
BERGERAK MASUK KEMBALI KEPADA KELOMPOKNYA.
WANITA TUA MAKIN BERTERIAK-TERIAK MEMANGGIL-MANGGIL.
ADEGAN XIV
MASUK KEMUDIAN SEORANG WANITA DARI KANAN PANGGUNG DENGAN PAKAIAN WARNA GELAP MEMBAWA PAYUNG HITAM, MENGHAMPIRI ORANG-ORANG BERTOPENG. MEREKA KEMUDIAN NAMPAK BERKUMPUL DIANTARA PINGGIR PANGGUNG. WANITA DENGAN PAYUNG HITAM KEMUDIAN KELIHATAN SEPERTI MEMBERIKAN INFORMASI, LALU DIA EXIT.
ADEGAN XV
SUASANA TAMBAH PANAS. ORANG-ORANG YANG MEMBAWA SPANDUK KELIHATAN MAKIN MELEBARKAN LINGKARANNYA, MEREKA TAMBAH SEMANGAT,TAMBAH SEMANGAT.
MELIHAT HAL YANG DEMIKIAN ORANG-ORANG BERTOPENG LALU CEPAT-CEPAT EXIT.
ADEGAN XVI
MASUK KEMUDIAN KELOMPOK LAIN DENGAN SERAGAM SEPERTI PETUGAS KEAMANAN. MEREKA MASUK DARI BERBAGAI SUDUT PANGGUNG. TAMPAK MASING-MASING PETUGAS MEMBAWA SEMACAM ALAT PEMUKUL. SALAH SEORANG DARI PETUGAS MENGGUNAKAN CORONG UNTUK BERBICARA DENGAN ORANG BANYAK YANG ADA DI PANGGUNG. SEMENTARA PETUGAS-PETUGAS YANG LAIN MENYEBAR BERUSAHA MENGUMPULKAN ORANG-ORANG BANYAK AGAR TIDAK ADA YANG LOLOS MELARIKAN DIRI DARI MEREKA.
PARA PETUGAS MEMUKUL-MUKULKAN ALAT PEMUKULNYA KEPADA SIAPA SAJA YANG BERPAPASAN DENGAN MEREKA. SETELAH KEMUDIAN SUASANA TAMPAK DAPAT DIKENDALIKAN PARA PETUGAS, KEMUDIAN MEREKA MENGGIRING ORANG BANYAK INI KELUAR PANGGUNG. EXIT.
ADEGAN XVII
TINGGALAH YANG DIATAS PANGGUNG HANYA PETUGAS YANG MEMBAWA CORONG DAN WANITA TUA. YANG MEMBAWA CORONG TAMPAK MEMBERIKAN PENJELASAN-PENJELASAN. WANITA TUA KELIHATAN PASRAH UNTUK AKHIRNYA NURUT. LAMPU BERUBAH WARNA NORMAL. MEREKA BERDUA EXIT. BLACK OUT.
ADEGAN XVIII
KETIKA LAMPU NYALA KEMBALI, TAMPAK PANGGUNG SUDAH MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANGAN DARI GEDUNG AULA ATAU TEPATNYA SEPERTI RUANGAN UNTUK TEMPAT ORANG MENGADAKAN RAPAT TERTUTUP. DI PODIUM SESEORANG SEDANG BERBICARA. WAJAHNYA BEGITU KERAS NAMUN SIMPATIK, INI BISA DI LIHAT DARI SETIAP KALI DIA BERHENTI BICARA SELALU DI SELINGI DENGAN SENYUMAN DI WAJAHNYA. SEMENTARA GEMERINCING GELANG BESI YANG DI KENAKANNYA TETAP SESEKALI TERDENGAR. ORANG BANYAK DIHADAPANNYA KELIHATAN SERIUS MEMPERHATIKAN SETIAP KALIMAT YANG KELUAR DARI MULUTNYA.
YANG DI PODIUM
Demikianlah, saudara-saudara, kita harus selalu melihat kedalam diri kita sendiri dulu, kita koreksi dulu apa yang sudah dan belum kita miliki di diri kita sendiri dulu. Karena kita harus mulai dengan diri kita sendiri dulu dan kita harus senantiasa terbiasa harus melihat dengan jeli atau mendengarkan dengan benar apa-apa yang sedang terjadi pada diri kita sendiri dulu.
Kita harus tahu apa yang kurang dan apa yang belum betul. Nah, kalau semua itu sudah kita temukakan, barulah kita ambil langkah-langkah kongkret untuk menyempurnakannya. Kalau nantinya sudah, barulah kita tengok ke luar.
Saudara-saudara yang saya cintai, mengenai mereka yang belum juga faham dengan program-program jangka panjang yang telah kita sepakati bersama itu, tidak usah terlalu kita persoalkan dulu. Karena pada dasarnya yang penting ialah kita-kita ini dulu, bagaimana untuk tetap bisa menjalankan maksud-maksud tujuan kita ini.
Mengenai mereka yang belum juga dapat menerima apa yang sedang kita kerjakan ini, sebaiknyalah tidak usah terlalu kita pusingkan. Karena saya percaya, pada akhirnya juga nanti mereka juga akan mengerti apa yang sebenarnya sedang kita jalankan ini. Untuk itulah saudara-saudara saya undang datang ke tempat ini, agar saudara-saudara tetap ingat apa yang seharusnya saudara-saudara lakukan di wilayah tugas saudara-saudara masing-masing. Berikan terus penjelasan-penjelasan kepada mereka yang masih kurang mengerti yang ada di wilayah kerja saudara-saudara masing-masing.
Bahkan kalau perlu, adakan penataran-penataran di setiap tiga bulan sekali masa tugas saudara-saudara masing-masing.Namun demikian saya percaya, tentu saudara-saudara memiliki strategi-strategi tersendiri untuk menjalankan tugas kita yang sangat mulia ini. Demikian saudara-saudara, kita senantiasa harus selalu meningkatkan kesejahteraan orang banyak, sebelum mencukupi diri kita sendiri. Bukan begitu saudara-saudara?
(Orang-orang yang ada diruangan serentak berteriak”betuuuul”, kemudian tepuk tangan. Yang di podium tambah semangat, gemerincing suara gelang besinya makin kedengaran nyaring. Kembali Bicara)
Saudara-saudara yang saya hormati. Sekali lagi mengenai mereka yang belum juga mengerti apa yang kita maksudkan, tidaklah perlu kita ributkan dulu, itu biasa saudara-saudara, sekali lagi, b.i.a.s.a.
Karena dalam suasana negeri seperti sekarang ini, di manapun sama saja,tidak mudah untuk membangun bangsa, saudara-saudara. Pasti banyak halangan dan pengorbanannya. Jadi yang terpenting untuk kita adalah bagaimana untuk tetap dapat menjalankan program jangka panjang kita ini. Sementara bagi mereka yang nantinya ketahuan, bukan hanya tidak mengerti, tapi malah ingin menggagalkan tujuan kita ini dengan jalan kotor, tentulah saudara-saudara sekalian tahu apa yang patut dan pantas untuk diberikan kepada mereka. Karena tidak seorangpun, apalagi kelompok yang boleh merongrong kewibawaan negeri ini.
Karena kita sekarang ini baru mau mulai bangun, saudara-saudara, belum betul-betul bangun.
YANG BICARA DI PODIUM MAKIN LAMA MAKIN KERAS. SEMENTARA ORANG BANYAK MAKIN KELIHATAN LOYO, BAHKAN ADA YANG TERTIDUR. YANG BICARA DI PODIUM SESEKALI MENGELAP WAJAHNYA.
YANG MENDENGARKAN SEMAKIN LOYO.
YANG BICARA DI PODIUM MAKIN SEMANGAT. HADIRIN TEPUK TANGAN.
YANG BICARA DI PODIUM MENGELAP KERINGAT. HADIRIN LOYO.
YANG BICARA SEMANGAT. HADIRIN TEPUK TANGAN.
YANG BICARA MENGELAP KERINGAT. HADIRIN LOYO.
KEJADIAN BERULANG-ULANG SAMPAI LAMPU REMANG-LALU GELAP.
ADEGAN XIX
KETIKA LAMPU MENYALA KEMBALI, SUASANA SUDAH BERGANTI RUPA. DI PANGGUNG HANYA ADA EMPAT ORANG. SALAH SATU ADA DI DEKAT MEJA TULIS. YANG SATU LAGI SEDANG MAKAN DI SUDUT RUANGAN. JUGA TAMPAK YANG SEDANG MENGUTAK-ATIK LAMPU MINYAK. SEMENTARA SATUNYA LAGI SIBUK DENGAN FIKIRANNYA SENDIRI.
ORANG I (Sambil Membersihkan Sepatu)
Ada tempat yang lebih tinggi?
ORANG III
Yang kemarin masih juga kotor.
ORANG II (Diantara Sela-Sela Makannya)
Sebelum saya makan sudah saya suruh dia untuk bersihkan.
ORANG III
Kamu suruh dia lagi?!
ORANG II (Diam)
ADEGAN XX
MASUK WANITA DENGAN PAYUNG HITAM. TAMPAK TERGESA-GESA.
LANGSUNG MENGHAMPIRI SALAH SEORANG DIANTARA MEREKA. MENARIK SALAH SEORANG MENGAJAKNYA KE SALAH SATU SISI RUANGAN. WANITA BERBICARA SERIUS. ORANG YANG DIAJAK BICARA DIAM MENDENGARKAN.
WANITA (Mengucapkan Sesuatu)
ORANG IV (Mengerutkan Dahi)
WANITA (Mengeluarkan Sesuatu Dari Dalam Tasnya, Memperlihatkannya Kepada Yang Diajak Bicara)
ORANG IV (Menunjuk Yang Sedang Makan)
WANITA (Menunjuk Yang Membersihkan Sepatu)
ORANG IV (Menggelengkan Kepala-Tidak Setuju)
WANITA (Memberikan Argument-Argument, Menunjuk Yang Membersihkan Sepatu)
ORANG IV (Diam. Dahi Mengkerut)
WANITA
Bagaimana?
ORANG IV (Menarik Nafas. Dahi Berkerut Kencang)
WANITA (Mulai Agak Rilek)
Sudahlah, kalau tidak bisa ambil keputusan sekarang, nanti saja.
(Mengeluarkan Rokok. Menawarkan)
Masih merokok? Ini ambil supaya tidak kelihatan tegang.
ORANG IV (Menolak)
WANITA
Ya, sudah.
ORANG IV (Berfikir Makin Keras)
WANITA
Dia pasti mampu. Saya lihat dia lain dari yang ada.
ORANG IV (Bergerak Ke Tempatnya Semula Lalu Duduk Gontai)
WANITA (Mengikuti. Lalu Duduk Juga)
Saya dan kamu, juga kawan yang lain, pasti tidak akan terlalu sibuk. Bagaimana, oke?
ORANG IV (Dengan Suara Berat)
Terpaksa.
ORANG II
Ya?
ORANG I (Kaget)
Ada tempat yang lebih tinggi??
ORANG III
Katanya masih kotor.
WANITA
Bagaimana?
ORANG IV (Lebih Berat)
Terpaksa ...
ORANG II
Oh ...
LAMPU BERUBAH WARNA DENGAN CEPAT. TIBA-TIBA SUASANA LAIN.
MASUK ANAK KECIL DENGAN TAMBANG DI PUNDAK SEPERTI MENYERET SE EKOR HEWAN. TETAPI YANG DI SERET ADALAH SEORANG WANITA TUA. YANG DI SERET JALAN MERANGKAK DENGAN TAMBANG IKATAN DI LEHERNYA.
ADEGAN XXI
ANAK (Sambil Terus Menyeret)
Sudah hampir sampai, Mak.
WANITA TUA (Mendengus-Dengus)
ANAK (Terus Menyeret Tambang)
Mak cape?
WANITA TUA (Kelihatan Sangat Letih)
Masih jauh, Jang?
ANAK
Di coba, ya Mak?
MEREKA MELANJUTKAN PERJALANAN LAGI DENGAN NAFAS MASING-MASING MEMBURU. EXIT. LAMPU PANGGUNG BERWARNA SEMULA.
DIPANGGUNG KEMBALI TAMPAK ADA EMPAT ORANG DAN SATU WANITA DENGAN PAYUNG HITAM.
ADEGAN XXII
ORANG III
Mudah-mudahan mereka yang lebih dahulu mengerti.
ORANG II
Saya malah makin tak sabar.
ORANG I (Kepada Dirinya Sendiri)
Jangan sampai jadi jenuh. Jangan!
WANITA
Apa saya bilang.
ORANG IV
Terpaksa.
ORANG II (Bergerak Kepada Yang Lain)
Bagaimana kalau kita mulai saja sekarang? Mumpung masih ada energi?
ORANG III
Loh!
ORANG I (Bergerak Tapi Tetap Di Tempatnya)
Bagaimana, sudah bisa?
WANITA (Menyulut Rokoknya Kembali. Acuh)
ORANG YANG SATUNYA TIBA-TIBA IKUT BERGERAK BANGKIT DARI TEMPATNYA MENUJU KE BIBIR PANGGUNG SEBELAH KIRI MENGHADAP PENONTON. TAMPAK SEPERTI SIAP-SIAP INGIN MEMBERIKAN ORASI.
ORANG IV (Dengan Gaya Seorang Pemimpin)
Terpaksa!
YANG LAIN BERGERAK SERENTAK. MELINGKUP YANG SEDANG MEMBERIKAN ORASI TADI. MEREKA MEMBUAT PAGAR BETIS. SEMENTARA WANITA TETAP ACUH MEROKOK DI TEMPATNYA. YANG MEMBERIKAN ORASI TAMPAK SEMANGAT BERAPI-API.
YANG MELINGKUP SEPERTI KERASUKAN. YANG ORASI TAMBAH GILA. TAPI YANG TERDENGAR KELUAR DARI MULUTNYA HANYA KALIMAT “Terpaksa!”, SELEBIHNYA HANYA SEPERTI SUARA GUMAM BERAT TAK JELAS. ---- KEJADIAN INI BERLANGSUNG CUKUP SERU. DALAM DURASI YANG CUKUP SEDANG.
MEREKA TAMPAK MAKIN LAMA MAKIN GILA, SAMPAI AKHIRNYA MEREKA YANG MELINGKUP SATU PERSATU JATUH TERLENTANG. YANG ORASI MULAI KELIHATAN LEMAH-SAMPAI AKHIRNYA WANITA YANG MEROKOK BERGERAK MENGHAMPIRINYA, LALU DENGAN KASIH SAYANG MEMAPAHNYA KE TEMPAT SEMULA. WANITA TAMPAK MEMBANTU MENGELAP KERINGAT ORANG YANG BERORASI TADI. MENYODORKAN ROKOK, NAMUN DI TOLAK. LALU WANITA MENGELUARKAN SESUATU DARI DALAM TASNYA, MENAWARKAN KEPADANYA NAMUN DI TOLAK.
WANITA KEMBALI MENGELUARKAN SESUATU YANG LAIN DARI DALAM TASNYA, MENAWARKANNYA KEPADA DIA, NAMUN DI TOLAK. MENAWARKAN YANG LAIN, DI TOLAK. DITOLAK. DITOLAK.. MENAWARKAN DITOLAK. WANITA KEMUDIAN MEMBUKA PAYUNG HITAMNYA DAN MEMAYUNGI YANG HABIS ORASI ITU-BERSAMAAN DENGAN ITU LAMPU KEMBALI BERUBAH WARNA. TAMPAK SELEMBAR LAYAR KAIN PUTIH DI UJUNG BELAKANG PANGGUNG.
LAYAR MENGGAMBARKAN SILUET ORANG YANG SEDANG BICARA DI PODIUM DENGAN SEMANGAT.
ADEGAN XXIII
SEMENTARA BERSAMAAN DENGAN ITU LEWAT ANAK KECIL DENGAN TAMBANG YANG DI SERET MELINGKAR LEHER SEORANG WANITA TUA YANG JALAN MERANGKAK, MELINTASI PANGGUNG. EXIT.
SEJURUS KEMUDIAN LAMPU BERUBAH WARNA KEMBALI DENGAN WAKTU YANG SAMA MENGHILANGNYA LAYAR PUTIH.
SUASANA BERGANTI RUPA.
PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEPERTI SEBUAH TANAH LAPANG LUAS TANPA PEPOHONAN. TAMPAK ADA EMPAT ORANG. SALAH SEORANG MEMEGANG BENDERA. SEMENTARA YANG LAINNYA SEPERTI TAMPAK SEDANG MENUNGGU SESUATU. MEREKA SEMUA MEMAKAI TOPENG.
ADEGAN XXIV
TOPENG II (Berat)
Tinggal sedikti saja, kok susah-susah begini.
TOPENG I (Menjejak-Jejakkan Kakinya Ke Tanah Sambil Sesekali Melihat Kebawah Pada Sepatu Yang Dikenakannya)
Sudah! Sudah!
TOPENG III
Dia kali ini pasti tepat waktu. Sudah saatnya.
TOPENG IV (Bicara Tidak Jelas, Yang Terdengar Hanya Kalimat Terpaksa)
TOPENG III (Tangannya Sambil Membentuk Teropong)
Gila! Ini sudah waktunya!
TOPENG II (Jadi Ragu)
Kamu yakin, dia bilang kita harus menunggu di tempat ini?
TOPENG III (Menunjuk Kepada Yang Lain)
Dia juga dengar begitu memang, Tanya saja kalau kurang yakin.
TOPENG II (Kepada Yang Di Tunjuk)
Bagaimana?
TOPENG I (Diam)
TOPENG II
Betul di sini? Jangan-jangan bukan sekarang??
TOPENG IV (Bicara Tidak Jelas, Hanya Terdengar Kata Terpaksa)
TOPENG I
Perasaan saya, kok mengatakan, jangan-jangan masih kotor, ini’
TOPENG III
Memang tidak kamu bersihkan, tadi?
TOPENG II
Saya sudah suruh dia bersihkan, kok sebelum saya makan.
TOPENG III
Wah! Kamu suruh dia lagi, jadi?!
TOPENG IV (Bicara Tidak Jelas Hanya Terdengar Kata Terpaksa)
TOPENG III
Bagaimana kamu ini?
TOPENG YANG ADA DI UJUNG PANGGUNG, TIBA-TIBA SAJA BERGERAK KE BELAKANG, MEMBUKA TASNYA LALU MENGELUARKAN SEUTAS TAMBANG BESAR.
TOPENG II
Saya harus pasang sekarang. Ya sekarang atau tidak sama sekali! lagi pula kalau nanti tiba sudah saatnya kita tidak perlu repot-repot lagi. Kerja harus se-profesional mungkin, karena kalau tidak, kita juga yang akan menanggung akibatnya. Kita juga tahu selama ini kita senantiasa di awasi terus secara diam-diam. Jadi kita harus tunjukan kepada dunia sekarang!
TOPENG III
Jangan sembrono!
TOPENG II (Kepada Yang Bilang Sembrono)
Dan kamu! Sebaiknya sekarang harus lebih cepat lagi, saya yakin suatu saat nanti kamu tidak akan ketinggalan lagi terus-terus seperti kemarin! Karena segala sesuatu yang ketinggalan tidak perlu lagi kita bahas. Tapi kalau toh, pada akhirnya nanti kamu masih juga terus ketinggalan, sekalian saja kamu yang jadi wartawannya. Sekalian saja juga kamu yang jadi pimpinan perusahaan penerbitannya. Lalu kamu bikin dan muat di dalam surat kabar kamu itu nanti, berita-berita yang tidak harus di beritakan. Maka kamu tidak akan pernah ketinggalan lagi. Juga kamu!
(Kepada Yang Lainnya)
Tidak harus selalu repot memikirkan sepatumu itu. Karena kamu bisa dengan leluasa memasang berita di korannya dia, memberi tahukan kepada dunia bahwa sepatumu selalu saja bersih! Juga pas untuk peristiwa apa saja dan dimana saja! Ini semua supaya kita tidak perlu lagi harus selalu kejar-kejaran dengan rasa was-was seumur hidup! Karena kalau saja terus merasa khawatir, saya takut, jangan-jangan apa saja yang saya makan selama ini tidak bisa jadi daging, bisa-bisa malah jadi setan? Nah, kalau saya jadi setan, mana mungkin setan bisa memperbaiki keadaan? Loh!?
(KAGET SENDIRI DENGAN OMONGANNYA)
TOPENG III
Sudah?
TOPENG II
Ya.
TOPENG III(Gelisah)
Apa tidak sebaiknya saya keluar dulu saja, ya? Cari yang terbit hari ini?
TOPENG II
Kamu sudah lihat?
(KEPADA YANG MENJEJAK-JEJAKKAN SEPATU)
TOPENG I (Memperlihatkan Sepatunya)
Sudah, ini.
TOPENG III
Maksud dia, berita hari ini, bukan sepatu.
TOPENG I
Percuma, kamu baca saja yang kemarin. Toh buat kamu tetap saja sama. Ketinggalan.
TOPENG III
Jadi kita tetap harus menunggu dia, ini?
TOPENG I
Bagaimana lagi?
TOPENG II
Bagaimana, kalau kita saja? Sendiri?
TOPENG III
Maksudnya?
TOPENG II
Revolusi.
TOPENG III
Husssy!
TOPENG II
Atau yang lebih tepat lagi, kudeta!
TOPENG III
Kasar itu.
TOPENG I
Terlalu bahaya buat rakyat banyak.
TOPENG II
Kita tetap saja sama, kok bikin perubahan.
TOPENG III
Tapi bukan cuma itu, kita mau perbaikan.
TOPENG II
Ah, lama ini!
TOPENG III
Kalau begitu, saya pergi dulu.
TOPENG I
Loh!?
TOPENG II
Bagaimana kalau dia datang, nanti?
TOPENG I
Ya, bagaimana?
TOPENG IV
Terpaksa!
TOPENG I (Menahan Yang Mau Pergi)
Lebih baik tunggu sajalah, sebentar lagi.
TOPENG III
Saya pasti lebih cepat kali ini. Jangan khawatir.
TOPENG I
Bilang dulu sama dia.
(KEPADA YANG MAU PERGI)
TOPENG III (Kepada Yang Harus Di Beri Tahu)
Bagaimana?
TOPENG IV
Terpaksa.
TOPENG III
Nah.
SALAH SATU TOPENG MENGHAMPIRI TOPENG YANG TADI MEMBERESKAN TAMBANG. MENGAJAKNYA KE SISI KIRI PANGGUNG. BERBICARA PERLAHAN.
TOPENG I
Dia betul-betul frustrasi sepertinya, saya khawatir.
TOPENG II
Itu yang baru saya mau bilang.
TOPENG III (Makin Bimbang)
Wah. saya pergi saja!
TOPENG II (Tiba-Tiba Melihat Ada Yang Mau Datang)
Tunggu! Itu dia!
TOPENG I
Apa saya bilang.
TOPENG YANG MAU PERGI TERTAHAN. TAK JADI PERGI.
TOPENG I
Saya yakin, kali ini dia pasti bawa yang final.
TOPENG III
Saya pasti ketinggalan, ini. Babi!
TOPENG I
Saya jadi deg-deg-kan.
TOPENG III
Ah, saya sudah bisa duga, apa yang bakal dia sampaikan.?
TOPENG I
Apa?
TOPENG III
Sesuatu yang selalu membuat saya ketinggalan terus.
TOPENG II
Sudah, sudah. Lebih baik suruh dia cepat.
SALAH SATU TOPENG BERGERAK KE KANAN PANGGUNG, MELAMBAIKAN TANGANNYA KEPADA YANG MAU DATANG AGAR LEBIH CEPAT LAGI.
TOPENG I
Hati-hati.
TOPENG II
Sekarang sudah saatnya.
TOPENG IV
Terpaksa!
MASUK SEORANG WANITA DENGAN PAYUNG HITAM. TAMPAK BEGITU TERGESA. SEMENTARA PARA TOPENG JADI TAMBAH TEGANG..
ADEGAN XXV
WANITA (Bicara Seperti Berbisik)
Mereka tahu!
TOPENG I
Wah!
TOPENG III
Bagaimana?
TOPENG II
Kudetanya jadi?
TOPENG III
Husssy!
TOPENG I
Mereka mencurigai kamu?
TOPENG II
Loh, ketahuan, ini?!
TOPENG I (Makin Tegang)
Bagaimana?
WANITA (Kelihatan Lebih Tegang Daripada Biasanya. Mengambil Rokok Dari Dalam Tasnya, Menyulutnya Lalu Cepat Menghisapnya)
TOPENG I (Setelah Memperhatikan Wanita Yang Merokok)
Dia kelihatan pucat, sekarang.
TOPENG II
Saya harus mulai, apa?
TOPENG III
Kita.
TOPENG I
Dia pucat. Diam dulu.
TOPENG II
Kehabisan rokok, barangkali?
TOPENG III
Goblok, tidak bisa membaca situasi.
TOPENG II (Tersinggung)
Bilang apa, kamu?
TOPENG I (Coba Menengahi)
Sudah, sudah, jangan ribut.
TOPENG III
Dasar babi.
TOPENG II (Tersinggung)
Apa!
TOPENG I
Sudah!
TOPENG II
Bicara se-enak perutmu saja! Kamu pikir saya babi? Babi!
TOPENG I
Sudahlah, mana ada babi seperti kamu?
TOPENG II
Habis, dia bilang saya babi.
TOPENG I
Kamu babi, bukan?
TOPENG II
Pasti bukan, dong!
TOPENG I
Ya, sudah tidak usah tersinggung, kecuali kalau kamu memang betul-betul babi, baru boleh tersinggung kalau di bilang tikus. Karena babi bukan tikus.
WANITA MEMBUKA PAYUNG HITAMNYA. PARA TOPENG YANG RIBUT JADI DIAM MENDADAK. WANITA DENGAN PAYUNG HITAM KELIHATAN TAMBAH TEGANG.
TOPENG III
Kenapa?
TOPENG I
Wah! Mau pingsan dia!
WANITA
Tolong buka dulu itu, saya takut.
PARA TOPENG SERENTAK MEMBUKA TOPENG MEREKA MASING-MASING. WANITA SEDIKIT KENDOR TEGANGNYA.
ORANG I (Setelah Membuka Topengnya)
Bagaimana?
ORANG II
Kamu ketahuan, betul?
ORANG III
Wah, dia sepertinya kecolongan, ini?!
ORANG II
Tapi masih kelihatan segar, kok?
ORANG III
Jangan-jangan, habis dirampok sudah dia ini!
ORANG I (Lembut)
Sudah, bilang saja sama kita, apa kamu yang di rampok?
ORANG III
Kamu perlu di pijati dulu, apa?
ORANG II (Mengeluarkan Sesuatu Dari Jasnya)
Ini, saya ada minyak gosok. Kalau mau di pijati, pakai saja.
(Menyodorkan Minyak Gosok)
Atau kalau mau makan dulu, saya masih ada sisa ini...
ORANG IV (Diam Hanya Memperhatikan)
ORANG I
Cape, ya?
WANITA DENGAN PAYUNG HITAM TETAP DIAM. HANYA ASAP ROKOK SAJA YANG KELUAR DARI DALAM MULUTNYA. ORANG-ORANG MEMPERHATIKAN SEKUJUR TUBUHNYA.
ORANG I (Iba)
Kasihan ...
ORANG III
Ya.
ORANG I
Tubuhnya sudah mulai bau amis ini.
ORANG IV
Terpaksa.
ORANG II
Tanyakan coba, apa dia masih punya kehormatan?
ORANG I
Bau-baunya masih ada itu?!
ORANG III
Saya, kok tidak membaui ya?!
ORANG I
Kehormatan kamu sudah di rampok, iya?
ORANG II
Kalau begitu, pasti kita sedang di tunggu!
ORANG I
Wah!
ORANG III (Agak Panik)
Bagaimana ini??
ORANG II (Menunjuk Kepada Yg Lain)
Tanya dia, cepat bagaimana ini?
ORANG I
Tenang, tenang, dia cuma cape, ini.
ORANG II (Dengan Lembut)
Bagaimana, apa kamu masih bisa?
ORANG III
Kalau sudah cape, ingin pensiun, bilang saja, nanti dicarikan penggantimu. Gampang itu!
ORANG II
Kamu istirahat saja sudah, tidak apa-apa kok.
WANITA MEMATIKAN ROKOKNYA. MENGELUARKAN LAGI SATU BATANG LALU MENYULUTNYA LAGI DAN MENGHISAP ROKOK YANG BARU ITU. KELIHATAN AGAL SEDIKIT MEMBANTU MENGURANGI KETEGANGANNYA.
ORANG II (Mengharap)
Bagaimana?
WANITA (Mengeluarkan Cermin Kecil Dari Dalam Tasnya Dan Bercermin)
ORANG I (Kepada Yang Berharap)
Sudah, jangan di ganggu dulu.
ORANG II
Kok di ganggu?! Saya kan bertanya. Kalian juga butuh jawabannya,kan?
ORANG III
Aneh, seingat saya dulu dia tidak seperti ini. Dulu dia banyak bicara. Apa dia sekarang di tugaskan untuk tutup mulut? Percuma saja kalau begitu, buat apa dia selama ini ada bersama-sama kita, kalau sekarang dia tutup mulut begini! Babi!
ORANG I
Tahan.
ORANG III
Setan.
ORANG I
Bagaimana kamu ini, kok malah emosi begitu?
ORANG III (Tidak Perduli)
Anjing!
ORANG I
Ternyata memang betul. Kamu ini seperti yang dia bilang.
TIBA-TIBA ORANG YANG LAIN MENDEKATI WANITA DENGAN EMOSI YANG LEBIH TINGGI DARIPADA YANG SEDANG MARAH-MARAH TADI.
ORANG II (Menghalau Temannya)
Minggir!
ORANG I
Loh!
ORANG II
Kamu dengar tidak, apa yang dia tanyakan tadi, heh!
WANITA (Merokok Terus-Acuh)
ORANG II
Dengar ini, biar katanya kamu sekarang sudah bau amis, tetapi saya masih bisa mencium bau asli kamu!
WANITA (Tetap Acuh)
ORANG II
Jadi betul ini, kamu sekarang tidak mau bicara dengan kami?
ORANG I
Sudah, sudah. Jangan membentak-bentak begitu.
ORANG II
Bilang saja sudah. Kita disini semua, kawan! Sudah sejak tadi kami disini menunggu kamu, kok sekarang kamu malah acuh begitu!
WANITA (Tetap Diam)
ORANG III (Kepada Wanita)
Loh ... dia bicara dengan kamu, itu!
WANITA (Memeluk Dengkul)
ORANG I (Kepada Teman-Temannya)
Sudah, sudah.
ORANG II (Kepada Wanita)
Hey! Wah..., saya bicara sama kamu, ini!
ORANG I (Melihat Sepatunya)
Rasanya, belum ini.
WANITA (Seperti Sadar)
Oh!
(Mematikan Rokoknya, Cepat Bergerak Menuju Salah-Seorang Yang Sejak Tadi Hanya Diam. Membungkuk-Membisikan Sesuatu, Setelah Berbisik)
Saya pergi dulu, kalian hati-hati. Doa’kan saja semoga berhasil. Jangan rIbut-ribut terus, kita sudah hampir pecah, percayakan saja ini kepada saya.
(Membuka Payungnya)
Percayalah!
(EXIT)
ORANG YANG DIAM TADI HANYA MENGANGGUK SAJA.
ADEGAN XXVI
ORANG II
Saya jadi serba salah.
ORANG III
Ditanya malah balik nasehati.
ORANG I
Sudahlah.
ORANG III
Memang, sudah.
ORANG IV
Terpaksa.
ORANG YANG DIAM SAJA TADI KEMBALI MEMAKAI TOPENGNYA. YANG LAIN TANPA DI KOMANDO LANGSUNG MENGIKUTI MEMAKAI TOPENGNYA MASING-MASING. MEREKA KEMBALI MENJADI TOPENG. MASING-MASING KEMBALI KE POSISI SEMULA WAKTU WANITA BELUM DATANG TADI. LAMPU BERUBAH WARNA PERLAHAN
ADEGAN XXVII.
MASUK ANAK KECIL YANG MENYERET TAMBANG MENARIK WANITA TUA YANG MERANGKAK. BERSAMAAN DENGAN MASUKNYA MEREKA, LAYAR PUTIH DILATAR BELAKANG KEMBALI TIMBUL DENGAN SILUET GAMBAR ORANG YANG PIDATO DI PODIUM-DENGAN SUASANA YANG KELIHATAN LEBIH SEMANGAT/MERIAH. TAMPAK JUGA WANITA DENGAN PAYUNG HITAM ADA DI LAYAR PUTIH ITU.
ANAK
Mudah-mudahan tidak salah tujuan kita, ya mak?
WANITA TUA (Sambil Jalan Merangkak Terseret Tambang)
Dasar keras kepala!
ANAK
Sekarang ini yang sering dulu saya bilang, mak. Sudah waktunya sekarang ini gantian saya. Mak, kan sudah tua. Kalau terus saja yang tua, lalu kapan untuk saya?
WANITA TUA
Sudah, jangan banyak omong!
ANAK KECIL DAN WANITA TUA KEMUDIAN EXIT. TOPENG-TOPENG MASIH SIBUK DENGAN KERJA PERSIAPAN MEREKA. LAYAR GAMBAR ORANG YANG DI PODIUM MAKIN BERAPI-API. MASUK KEMBALI TOKOH ANAK DAN WANITA TUA TADI. TAPI KALI INI TOKOH ANAK KELIHATAN LEBIH TIDAK SABAR-EMOSI-BERINGAS, SEMENTARA WANITA TUA YANG DI SERETNYA KELIHATAN MAKIN PAYAH MERANGKAK. TOPENG-TOPENG BERGERAK ANEH.
ADEGAN XXVIII
ANAK (Sambil Menghentak-Hentakkan Tambangnya)
Jalannya lebih cepat, babi!
WANITA TUA (Berusaha Untuk Merangkak Lebih Cepat-Tapi Malah Kelihatan Makin Tersiksa)
ANAK
Katanya kalau jadi orang jangan loyo! Situ yang bilang sendiri, kan? Situ juga yang dulu sering bilang katanya lebih punya pengalaman, lebih banyak makan asam garamnya jagad! Tapi sekarang, apa? Di ajak maju, malah situ yang lebih gampang payah! Malah situ juga yang bilang kapok, kalau ada apa-apa yang baru yang cuma susah sedikit!
(Menghentakkan Tambang Lebih Keras)
Ayo, goblok! Dulu situ yang sering bilang jangan banyak omong, tapi sekarang malah situ yang lebih suka buka mulut banyak omong daripada kerja! Situ lebih banyak diam dan nunut! Makanya situ jadi lebih banyak berbohong!
(Menghentakkan Tambang Lebih Kasar)
Ayo, cepat babi!
TOPENG-TOPENG MAKIN BERGERAK ANEH. LAMPU BERUBAH WARNA MERAH DARAH. TOKOH ANAK MAKIN GALAK BERINGAS. WANITA TUA MAKIN PAYAH.
ANAK (Sambil Tidak Henti-Hentinya Meludahi Yang Di Seret)
Katanya situ yang mengaku-ngaku jadi pendorong, tapi nyatanya situ cuma diam melompong seperti telor di rebus! Makanya situ harus buka telinga, dengar apa yang sering kami teriakkan! Makanya situ harus rela memberikan kami kesempatan! Makanya situ jangan serakah! Makanya situ jangan cuma membuka mata hanya untuk melihat kesalahan saja! Padahal sekarang, kan terbukti karena situ tidak pernah memperdulikan kami, sekarang situ yang lebih dulu menyerah! Lebih dulu payah! Kalau sudah begini, apa situ mau mengakui kekalahan? Tidak pernah! Tidak akan pernah berani situ mengakui kesalahan, apalagi mengakui kekalahan! Paling-paling situ akan bersembunyi di balik kemenangan orang lain!
(MENGHENTAKAN TAMBANG LEBIH KASAR)
Lebih cepat, babi serakah! Lebih cepat! Dasar kunyuk keras kepala!
MEREKA TERUS BERJALAN SAMBIL MENGUMPAT DAN DI UMPAT. WANITA TUA MAKIN KELIHATAN PAYAH. TOPENG-TOPENG MAKIN GILA. LAYAR MAKIN GOYANG, SAMPAI AKHIRNYA LAMPU PADAM PERLAHAN.
KETIKA LAMPU MENYALA KEMBALI, PANGGUNG SUDAH BERUBAH SUASANA. SUARA RIBUT MENDOMINASI RUANGAN. BANYAK ORANG SEPERTI LAYAKNYA DI DALAM RUANG PENGADILAN.
TAMPAK TOKOH HAKIM, JAKSA, DAN TERDAKWA, TAPI TIDAK ADA PENGACARA TERDAKWA. SEMENTARA RUANGAN RIUH TAPI JUSTERU TERDAKWA KELIHATAN SANTAI. DUDUK DI SALAH SATU KURSI YANG TELAH DI SEDIAKAN.
ADEGAN XXIX
HAKIM (Setelah Sampai Pada Bagian Akhir Pembacaan Dakwaan)
Demikian, apakah ada yang mau di sampaikan?
TERDAKWA (Meletakan Payung Hitamnya-Mematikan Rokoknya Dengan Santai)
HAKIM (Tidak Sabar)
Bagaimana?
TERDAKWA (Sadar)
Loh, saya boleh bicara, Bapak Hakim?
HAKIM
Bicara.
TERDAKWA
Sebenarnya, sejak tadi saya mau bicara, tapi itu saya kaget-kaget terus dengan suara palu Pak Hakim yang selalu di ketuk-ketukan di meja itu. Malah sebenarnya sejak tadi juga saya mau usul, bagaimana kalau setiap sidang seperti ini, palu Bapak itu diganti saja dengan sesuatu yang lebih lunak. Atau mungkin boleh saja memakai palu tapi yang terbuat dari bahan yang lunak, supaya suaranya tidak terdengar keras dan mengaggetkan seperti itu kalau sedang diketuk-ketukan di meja. Saya, kan perempuan, Pak Hakim. Seperti yang kita sadari selama ini kalau perempuan itu perasaannya lebih halus di bandingkan dengan laki-laki. Kecuali kalau yang sedang di adili itu laki-laki, mungkin lain soal dengan palu itu. Tapi saya rasa laki-lakipun akan keberatan kalau terus-terusan terganggu dengan suara ketukan palu sekeras itu. Itulah sebabnya kenapa sering ada orang yang menangis kalau sedang di adili di sini, padahal dia cuma di hukum seumur hidup misalnya, saya yakin dia menangis bukan karena vonis hukuman yang di terimanya tapi justeru karena tidak kuat lagi menahan kaget akibat ketukan palu setan itu. Lagi pula dalam suasana seperti ini kita kan perlu ketenangan, dan Bapak Hakim juga bisa dengan serius mendengarkan dan memberikan keputusan. Sebab bagaimana mungkin kalau Bapak Hakim selalu saja lebih suka mengetuk-ngetukkan palu itu, lalu Bapak bisa mengambil keputusan yang baik dan benar? Sebab konsentrasi Bapak terus terbagi antara mengetukan palu dan mendengarkan, ya kan?
Jadi terus-terang saja, sejak tadi saya tidak tahu apa yang Bapak bicarakan di sini, karena saya terus saja asyik dengan jantung saya yang terus juga deg-deg-kan karena suara palu Bapak Hakim itu. Sebenarnya sudah berusaha juga saya untuk serius memahami apa yang sedang Bapak Hakim dan rekan-rekan Bapak itu tadi bicarakan,tetapi setiap kali saya sudah hampir bisa faham maka selalu saja konsentrasi saya jadi buyar lagi karena suara palu Bapak itu yang mengacak-acak kepala saya. Maka akhirnya saya cuma bisa melayang pada kejadian-kejadian seperti yang ada di rumah ketika sedang bersama dengan mantan suami saya dulu itu. Sialan!
Tiba-tiba saja dia ada dimata saya dengan wajahnya yang selalu beringas dan kasar itu, juga tangan kekarnya yang selalu saja siap memukuli saya kapan saja dia mau. Dan kalau dia memukuli saya, dia baru akan berhenti kalau tangisan saya sudah berubah jadi darah. Padahal masalahnya selalu saja cuma karena masalah sepele. Seperti yang kemarin dulu itu, cuma gara-gara saya lupa mencuci celana dalamnya, dia marah sekali sehabis melakukan hubungan badan dengan saya, karena mau mengganti celana dalamnya ternyata tidak ada lagi yang bersih. Katanya juga, saya memang sudah di takdirkan sejak di lahirkan oleh Ibu saya memang untuk jadi pelacur. Karena dia bilang dia sama saja seperti habis melacur kalau setelah melakukan itu tidak ada celana dalam pengganti. Saya sedih sekali waktu dia bilang begitu, bayangkan kalau sampai Ibu saya mendengar apa yang di katakannya kepada saya itu? Bisa-bisa Ibu saya bunuh diri. Padahal terus-terang, saya sendiri tidak tahu kalau pelacur itu sama seperti saya?! Saya ingin marah sama dia waktu itu, tapi saya tidak pernah bisa marah, bahkan semenjak saya bersuamikan dia, saya sudah tidak tahu lagi apa dan bagaimana marah itu? Mungkin benar yang orang bilang, kalau cinta itu memang buta? Jadi apapun yang di lakukannya terhadap diri saya, sudah saya anggap sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan buat saya. Juga ketika dia bilang dengan marah-marah, kalau dia mau kawin lagi dengan anak perempuannya teman sekolah saya dulu, saya juga tidak bisa marah. Sekarangpun saya masih suka mendengar kalau dia suka cerita menjelek-jelekkan saya dengan bangga. Saya tidak tersinggung, sama sekali tidak.
(MENGAMBIL ROKOKNYA, HADIRIN RIUH, HAKIM MENGETUK-NGETUKKAN PALUNYA)
TAMPAK KEMUDIAN HAKIM BERUNDING DENGAN PARA ANGGOTA SIDANG. KASAK-KUSUK.
HAKIM (Kepada Terdakwa)
Sudah?
TERDAKWA
Ya.
HAKIM
M a t i. (Mengetuk Palu)
TERDAKWA MEMATIKAN ROKOKNYA, MENUTUP PAYUNG HITAMNYA. LAMPU BERUBAH WARNA SAMPAI AKHIRNYA GELAP SE ISI RUANGAN.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KEIKA LAMPU KEMBALI MENYALA, DI PANGGUNG HANYA ADA EMPAT ORANG. SALAH SATU DI DEKAT MEJA.
YANG SATU SEDANG MAKAN DI ANTARA SUDUT RUANGAN.
TAMPAK JUGA YANG SEDANG MENGUTAK-ATIK LAMPU MINYAK.
SEMENTARA YANG SATUNYA LAGI TAMPAK SIBUK DENGAN FIKIRANNYA.
ADEGAN XXX
ORANG I (Sambil Membersihkan Sepatu)
Ada tempat yang lebih tinggi?
ORANG II
Yang kemarin masih juga kotor.
ORANG I
Kamu baca apa?
ORANG III
Nasib kita sama saja mungkin dengan dia, nanti.
ORANG II (Sambil Makan)
Saya tidak enak makan, sekarang?
ORANG I
Saya kehilangan dia.
ORANG IV (Lebih Kelihatan Tua Sekarang)
Terpaksa.
ORANG II (Sambil Makan)
Saya belum sempat membelikan dia rokok. Dia pergi tanpa saya tahu dia masih punya rokok apa tidak? Mudah-mudahan dia masih punya sisa.
ORANG III
Sebenarya saya hampir tidak merasakan apa-apa.
ORANG II
Saya bisa lihat itu.
ORANG III
Aneh.
BANGKIT
ORANG I
Ya.
ORANG II
Kita tunggu saja, besok.
ORANG III
Tidak biasanya, kamu.
ORANG I
Terakhir dia bilang, mereka sudah tahu.
ORANG II
Siap saya!
ORANG I
Harus itu!
ORANG III (Kepada Yang Lain)
Bagaimana?
ORANG IV
Terpaksa! Terpaksa!
LAMPU BERUBAH. LAYAR DI LATAR BELAKANG DENGAN GAMBAR
TAMBANG GANTUNGAN UNTUK LEHER. MASUK TOKOH ANAK DENGAN WANITA TUA YANG DI SERET TAMBANG. WANITA TUA TAMPAK SEMAKIN LEMAH.
ADEGAN XXXI
ANAK (Kesal)
Saya faham, Mak. Tapi apa harus, begitu? Masak harus kembali lagi? Itu, kan artinya percuma saja kerja saya yang kemarin jadinya? Sia-sia, Mak.
WANITA TUA (Marah Tapi Lemah)
Mulai lagi kamu menyalahkan orang tua, dasar keras kepala! Tidak pernah mau dengar apa kata orang tua. Lalu kalau mak’mu ini tidak lagi bisa kamu dengar, lalu siapa lagi yang mau kamu dengar? Sekarang belum saatnya! Belum!
ANAK
Sebentar lagi, Mak. Ini sudah hampir sampai... Percayalah, Mak. Pasti sampai, nanti ...
WANITA TUA TERUS DI SERET NAMUN DIA TERDENGAR MEMBENTAK-BENTAK WALAUPUN LEMAH.
ANAK KECIL DAN WANITA TUA MASIH TERUS BERDEBAT, SAMPAI AKHIRNYA MEREKA EXIT. LAMPU KEMUDIAN BERUBAH WARNA NAMUN TIDAK TERLALU TERANG, BERSAMAAN DENGAN MENGHILANGNYA LAYAR SILUET DI LATAR BELAKANG. SUASANA CEPAT BERUBAH. DI PANGGUNG ADA EMPAT ORANG BERTOPENG, MASING-MASING MEMEGANG BAMBU DENGAN UJUNGNYA DI IKATKAN SELEMBAR BENDERA BERWARNA TERANG.
ADEGAN XXXII
TOPENG II (Tidak Sabar)
Sekarang! Sekarang! Kita kasih tahu dunia!
TOPENG III
Mereka yang mulai! Ini sudah terlanjur!
TOPENG IV
Terpaksa!
TOPENG I
Sekarang!
TOPENG-TOPENG SEPERTI KESURUPAN, TIBA-TIBA DUA ORANG TOPENG CEPAT BERGERAK MENDEKATI SALAH SATU TOPENG LALU BERSAMA-SAMA MEREKA MEMEGGANGI TANGAN TOPENG YANG DIDEKATI. TOPENG YANG DI PEGANGI MERONTA KEBINGUNGAN.
TOPENG III (Meronta-Bingung)
Apa-apaan ini?!
TOPENG I (Membentak)
Diam!
TOPENG II (Membentak)
Diam!
TOPENG I (Pedas)
Pengkhianat!
TOPENG II (Pedas)
Racun!
TOPENG IV (Mendekati Yang Meronta Lalu Mencabut Sebilah Belati Dari Balik Pakaiannya-Lalu Menusuk’kan Belatinya Tepat Di Jantung Topeng Yang Meronta)
Terpaksa!
TOPENG YANG MERONTA PERLAHAN-LAHAN LEMAS DAN JATUH TERKULAI DI LANTAI.
TOPENG III (Diantara Rintihan Kesakitan)
Ka..li..an..pas..ti kal..ah.....
(LALU DIAM KAKU TAK BERGERAK LAGI. TOPENG I MENDEKATI TOPENG YANG TERGELETAK, BERSIMPUH MEROGOHKAN TANGANNYA KEDALAM SAKU PAKAIAN YANG TERGELETAK, MENGAMBIL KOREK API MILIKNYA YANG ADA DI SAKU PAKAIAN YANG TERGELETAK. MEMBERSIHKAN KOREK APINYA DARI NODA DARAH KEMUDIAN MEMASUKKAN KOREK API TERSEBUT KE SAKU PAKAIANNYA SENDIRI.
BERSAMAAN DENGAN ITU TERDENGAR SUARA CORONG DARI PETUGAS YANG MENYERUKAN AJAKAN-AJAKAN. PARA TOPENG TERSADAR, LALU CEPAT-CEPAT LARI BERGERAK KE LUAR PANGGUNG. EXIT
DI PANGGUNG HANYA TINGGAL TOPENG YANG BERDARAH, TERGELETAK DI LANTAI, KAKU SENDIRI.
ADEGAN XXXIII
LAMPU PANGGUNG REMANG KEMUDIAN LAYAR KEMBALI DI LATAR BELAKANG. KALI INI YANG MUNCUL SILUET PROSESI IRING-IRINGAN ORANG MENGUSUNG KERANDA MAYAT.
LALU KEMUDIAN BERGANTI GAMBAR KERUSUHAN. DIMANA-MANA API. LALU ORANG DI TANGKAPI PETUGAS. IRING-IRINGAN ORANG MENGUSUNG KERANDA MAYAT LAGI. KEMUDIAN TIANG GANTUNGAN.
LAMPU MULAI GELAP PERLAHAN, SAMPAI AKHIRNYA SEMPURNA.
ADEGAN XXXIV
DI ATAS PANGGUNG HANYA ADA TIGA ORANG. SALAH SATUNYA SEDANG SIBUK MENJEJAK-JEJAKKAN KAKINYA KE LANTAI. SEMENTARA YANG SATU LAGI REPOT MENGHAMBUR-HAMBURKAN MAKANAN. YANG SATUNYA DIAM TAK BERGERAK.
ORANG I
Sudah sekarang, saya tahu mana yang lebih tinggi.
ORANG II
Sudah sekarang, saya tahu, saya terlalu banyak makan.
ORANG I
Itu bukan salah kamu.
ORANG II
Itu bukan salah kamu.
ORANG I
Tidak, saya salah.
ORANG II
Tidak, saya salah.
ORANG I
Kita terlalu percaya sama dia.
ORANG II
Dulu, kita terlalu percaya sama dia.
ORANG I
Tidak sekarang.
ORANG II
Dia sekarang sudah mati.
ORANG I
Tidak lama lagi, di makan cacing dia di sana.
ORANG II
Semoga kuburannya di gali anjing. Lalu di seretnya dia di bawa ke dalam selokan dan di buat pesta bagi anjing-anjing kudisan yang ada di kota ini!
ORANG I
Hingga yang tersisa hanya tulang belulangnya saja.
ORANG II
Di sisa kan anjing buat cemilan mereka bila musim hujan datang.
ORANG I
Akan terus begitu, sampai anjing-anjing mewariskan tulang-belulang dia itu untuk ANAK-ANAK anjing lain yang akan lahir nanti.
ORANG II
Kalau saja saya jadi anjing.
ORANG I
Kalau saja saya jadi cacing.
ORANG II
Tapi saya bukan anjing.
ORANG I
Tapi saya bukan cacing.
ORANG II
Anjing dia, itu!
ORANG I
Cacing dia, itu!
ORANG II
Pantas, dia mendapatkan itu!
ORANG I
Jijik, saya kalau ingat pernah kenal sama dia.
ORANG II
Saya kadang-kadang masih seperti suka mendengar suaranya yang sok benar itu. Sialan!
ORANG I
Bajingan dia itu, dia korbankan teman kita cuma karena tidak se faham dengannya.
ORANG II
Bukan cuma teman kita, tapi kita semua.
ORANG I (Sadar)
Sebentar!
ORANG II
Ya.
ORANG I (Memperhatikan Suasana)
Betul, ini tempat yang pasti?
ORANG II (Setelah Juga Ikut Memperhatikan Suasana)
Rasa-rasanya agak berubah, memang. Tapi saya rasa memang di sini.
ORANG I
Masih pagi, ini. Mungkin itu sebabnya yang membuat saya pangling.
ORANG II
Saya belum pernah ke sini pagi-pagi, memang.
ORANG I
Kamu belum pernah?
ORANG II
Ya.
ORANG I
Kalau begitu, memang ini tempatnya.
ORANG II (menerawanG)
Kalau dia masih ada, pasti kita tidak serepot ini.
ORANG I
Dia, yang mana?
ORANG II
Dia itu loh? Bukan dia si bajingan pengkhianat sialan itu!
ORANG I
Gara-gara si bajingan pengkhianat itu, dia gugur.
ORANG II
Anjing dia, itu!
ORANG I
Ya, anjing dia, itu!
ORANG II (mengarahkan kepada yang lain)
Saya kasihan melihat dia.
ORANG I (mengikuti arah yang di isyaratkan)
Ya, makin frustrasi dia, setelah kejadian kemarin itu.
ORANG II
Dalam waktu yang tidak berbeda jauh, dia kehilangan dua sekaligus. Pertama kehilangan kekasihnya itu, kemudian juga kehilangan kepercayaan dirinya akibat di khianati si bajingan pengkhianat sialan itu!
ORANG I
Apa mungkin dia bakal mencari penggantinya lagi?
ORANG II
Menurut saya, rasanya tinggal kita saja sekarang.
ORANG I
Apa mungkin dia bakal menggantikan dirinya sendiri?
ORANG II
Bahkan dirinya sendiri.
ORANG I
Saya juga tidak mudah percaya dengan orang lain sekarang.
ORANG II
Itu karena rasa percaya kita sudah di kotori si bajingan pengkhianat
sialan itu!
ORANG I
Rusak sudah.
ORANG IV (tiba-tiba bangkit, menghampiri yang berdua. bicara namun tidak sampai terdengar oleh penonton. gerak lakunya kelihatan seperti sedang memberikan arahan-arahan)
ORANG I
Jadi, tidak apa-apa, kita tidak sama-sama?
ORANG IV
Terpaksa.
ORANG II (kepada yang lain)
Tidak apa-apa, saya nanti lebih waspada.
ORANG I
Kalau begitu, sudah.
ORANG II
Tenang saja, saya cepat kembali.
ORANG I
Sampai nanti.
ORANG II
Saya pergi, sekarang.
ORANG YANG SATU CEPAT KELUAR PANGGUNG KE ARAH KANAN. DI ATAS PANGGUNG TINGGAL DUA ORANG. NAMUN BELUM LAMA ORANG YANG TADI KELUAR, TIBA-TIBA SAJA TERDENGAR SUARA LETUSAN PELURU. ORANG YANG SATU DI ATAS PANGGUNG CEPAT MELIHAT KE ARAH DATANGNYA SUARA LETUSAN PELURU_PANDANGANNYA TEGANG KE ARAH PINTU KELUAR. MEREKA DI ATAS PANGGUNG BERDUA KELIHATAN PANIK. LAMPU BERUBAH WARNA CEPAT.
ADEGAN XXXV
ORANG I (Panik)
Dia kena!
ORANG IV (Mengambil Posisi Seperti Hendak Menyambut Serangan)
ORANG I (Gemetar)
Tidak dengan tiang gantungan, ternyata!
ORANG IV (Memberikan Instruksi)
Terpaksa!
ORANG I (Masih Gemetar)
Saya belum, si...ap..
ORANG IV (Mengeluarkan Senjata Dari Balik Pakaiannya) Terpaksa.
ORANG I (Kaget Melihat Orang Yang Satu Mengeluarkan Senjata. Makin Gemetar)
Loh?!
ORANG IV (Siaga)
Terpaksa!
ORANG I (Panik, Gemetar, Campur Aduk)
Sekarang...sekarang...
BERSAMAAN DENGAN ITU, MASUK SEKELOMPOK PETUGAS. DIANTARA PETUGAS YANG MASUK, NAMPAK ADA SALAH SEORANG PETUGAS MASUK SAMBIL MENYERET SESOSOK MAYAT YANG BERLUMURAN DARAH. TERKULAI.
ADEGAN XXXVI
PETUGAS (Dengan Corong Di Mulut)
Perhatian! Perhatian! Kalian sudah terkepung! Tempat ini sudah dikuasai petugas! Sebaiknya menyerah saja! Kami akan perlakukan kalian dengan baik! Jangan melakukan tindakkan yang nantinya bisa merugikan kalian sendiri! Perhatian! Perhatian!
ORANG I (Terdesak Di Antara Sudut Ruangan)
Bung!
ORANG IV (Di Sudut Ruangan)
Terpaksa!
ORANG I (Gemetar Sangat)
Bagaimana. ini???
(HENDAK LARI KE SISI KANAN PANGGUNG, NAMUN TERLINGKUNG OLEH PETUGAS-PETUGAS YANG MENGHADANGNYA)
ORANG IV (Mencoba Tenang)
ORANG I (Panik_Gemetar)
Kenapa begini?
ORANG IV (Mencoba Tenang, Namun Waspada)
ORANG I (Setelah Kembali Ke Tempatnya Semula Di Sudut Ruangan)
Tidak begini! Tidak begini!
PETUGAS
Jangan coba-coba!
PARA PETUGAS MELINGKUNG MEREKA YANG BERDUA LEBIH RAPAT LAGI. MEREKA SEMAKIN TERDESAK. ORANG YANG SATU MELIHAT-LIHAT SEPATUNYA, LALU MELIHAT KEPADA SEPATU PARA PETUGAS.
LALU MELIHAT KEPADA TEMANNYA YANG JUGA KELIHATAN MULAI KEHABISAN AKAL.
ORANG I (Kepada Temannya)
Kenapa sekarang?
ORANG IV (Diam_Cuma MatanyA)
ORANG I (Teriak)
Bung!
PETUGAS
Awas!
ORANG I (Teriak Lagi Kepada Temannya)
Bung!
ORANG IV (Cuma MatanYA)
PETUGAS (Kepada Petugas Yang Lain)
Lebih rapat!
ORANG I (Makin Bingung)
PETUGAS
Menyerah!
ORANG IV (Cuma Matanya)
PETUGAS
Letakkan senjata kalian!
ORANG IV (Cuma Matanya)
PETUGAS (Memberikan Komando Kepada Petugas Yang Lain)
Siap!
PETUGAS
Maju!
PARA PETUGAS TAMPAK MULAI BERGERAK MAJU PERLAHAN KE ARAH YANG BERDUA. YANG BERDUA SEMAKIN TERPOJOK.
ORANG I
Tidak mungkin!
ORANG IV (Cuma Matanya)
ORANG I
Saya tidak mau begini …
ORANG IV (Cuma Matanya)
ORANG I
Bukan begini, bukan begini…
BERULANG-ULANG
ORANG IV (Cuma Matanya)
ORANG IV MULAI MENGARAHKAN UJUNG SENJATANYA KEPADA PARA PETUGAS, ORANG I MAKIN BINGUNG. SEMENTARA PARA PETUGAS TIDAK MENGHENTIKAN GERAK MAJU MELINGKUNG MEREKA YANG BERDUA. YANG BERDUA MAKIN TERPOJOK, PETUGAS MAKIN BERGERAK MAJU PERLAHAN, SENJATA MASING-MASING SALING MENGARAHKAN.
ORANG I (Kepada Temannya)
Cepat!
ORANG IV (Cuma Matanya, Kali Ini Melirik Sedikit Ke Arah Temannya)
ORANG I (Tubuhnya Sudah Basah Dengan Keringat)
Kenapa terus terulang …?!
ORANG IV (Cuma Matanya Melirik Sesekali Kepada Temannya)
ORANG I
Akhirnya saya sendiri ada pada pengulangan…
ORANG IV (Melirik Seperti Protes Pada Temannya)
ORANG I
“Kita ada pada pengulangan!”
ORANG IV (Menunduk Dengan Perlahan)
ORANG I
Hitungan yang salah! Hitungan yang salah!
ORANG IV (Makin Menunduk, Lalu Perlahan Berjongkok Di Sudut)
ORANG I (Makin Bingung)
Salah, salah!
ORANG IV (Menunduk Masih Menggengam Senjata)
ORANG I
Harusnya kemarin! Kemarin!
ORANG IV (Menunduk Tidak Tampak Matanya)
PETUGAS TERUS BERGERAK MAJU PERLAHAN, TIBA-TIBA SAJA YANG MENUNDUK TERIAK KERAS “terpaksa…!” LALU BANGKIT DAN NEKAD MENYERANG PARA PETUGAS. TEMANNYA MENGIKUTI MENYERANG SAMBIL TETAP BERGUMAM “harusnya kemarin! harusnya kemarin!” SUASANA CHAOS__BENTROK FISIK TIDAK DAPAT DI HINDARI__LALU LETUSAN SENJATA KEDUA BELAH FIHAK__GADUH__SAMPAI AKHIRNYA ORANG YANG BERDUA TADI SATU PERSATU JATUH TERKAPAR DILANTAI__MEREKA BERDARAH__DARAH DIMANA-MANA UNTUK KEMUDIAN SUASANA JADI TERTIB. PETUGAS MEMERIKSA MAYAT-MAYAT YANG TERKAPAR. SALAH SEORANG PETUGAS MENEMUKAN TOPENG, LALU DIPAKAIKANNYA KEPADA YANG TERKAPAR.
ADEGAN XXXVII
PETUGAS (MEMBERIKAN PERINTAH SAMBIL MENUNJUK SALAH SATU YANG TERKAPAR)
Itu!
PETUGAS
Siap!
PETUGAS
Periksa sepatunya, kalau ada yang hampir pas cepat musnahkan!
PETUGAS (Kepada Petugas Yang Lain)
Semua sudah, ini?
PETUGAS (Menunjuk Salah Satu Yang Terkapar)
Siap! Ini dia kena duluan tadi di luar!
PETUGAS
Gembongnya mana?
PETUGAS
Siap
(Menunjuk Salah Satu Yang Lain Yang Terkapar)
Dia ini, persis! Dia punya senjata!
PETUGAS
Kalau begitu, bikin seperti biasa.
PETUGAS
Siap! Dimana?
PETUGAS
Rel kereta di ujung jalan sana sudah di lewati keretanya belum?
PETUGAS (Melihat Jam Tangan)
Siap, sebentar lagi!
PETUGAS
Hati-hati, jangan sampai tercecer, pilih keretanya yang paling panjang!
LAMPU BERUBAH WARNA__CAHAYA REMANG__LALU GELAP PERLAHAN SEISI RUANGAN.
S E L E S A I
Jakarta, juli 1998.
Syaiful affair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar